5 Fakta dan Mitos Seputar ASI yang Perlu Ibu Ketahui!

ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan pertama untuk bayi. Bagi seorang Ibu, menyusui bukan sekedar memberikan makanan kepada Si Kecil, tapi juga salah satu wujud cinta dan kasih sayang untuknya. Sehingga anjuran untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun adalah untuk mempererat bonding antara Ibu dan Si Kecil.

Kini semakin berkembangnya dunia digital, semakin banyak pula mitos yang beredar tentang ASI. Sayangnya, tidak semua informasi tersebut benar. Kadang ada informasi yang benar, tapi banyak juga yang ternyata malah membuat Ibu bingung dan khawatir. Yuk, simak fakta dan mitos seputar ASI yang perlu Ibu ketahui!

1. Asi pertama

Mitos:
Ada yang bilang ASI pertama berwana kuning itu basi dan harus dibuang.

Fakta:
Memang benar ASI pertama itu berwarna kekuningan, namun itu tidak basi seperti yang sering kita dengar. ASI pertama disebut kolostrum, yaitu ASI pertama yang Ibu produksi saat hamil dan selama beberapa hari setelah melahirkan. Cairan pekat dan konsentrat berwarna kekuningan ini, sangat sedikit jumlahnya, dan memberi banyak manfaat untuk bayi. Bagian ini sangat penting dan sangat baik bagi si kecil karena mengandung antibodi dan imunoglobulin yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

Kolostrum kaya akan sel darah putih yang mampu melawan infeksi bakteri dan virus. Jadi, kolostrum sangat disarankan untuk diberikan pada bayi sejak ia lahir dan kemudian dilanjutkan dengan ASI eksklusif hingga 6 bulan. Jadi, jangan dibuang ya, Bu!

2. ASI belum keluar

Mitos:
Setelah melahirkan, ASI belum keluar? Beri Si Kecil makanan lainnya.

Fakta:
Sangat wajar, jika setelah persalinan ASI belum juga keluar atau tidak lancar. Jangan khawatir, bayi yang baru lahir masih punya cadangan makanan yang ia bawa dari kandungan selama 2x24 jam. Tetap tenang dan terus coba untuk stimulus payudara agar ASI bisa keluar. Jangan buru-buru memutuskan untuk memberikan makanan lain bagi Si Kecil. Karena pemberian makanan lain selain ASI bisa meningkatkan risiko terganggunya usus bayi yang masih belum siap. Namun, jika terjadi kasus serupa, harus tetap dikonsultasikan dengan para ahli.

3. ASI saat Ibu sakit

Mitos:
Bila ibu sakit, maka anak akan tertular penyakitnya, sehingga ibu harus berhenti menyusui.

Fakta:
Jika Ibu mengalami demam, batuk, flu, muntah, diare atau ruam memang bisa menularkan penyakit tersebut melalui mulut, tapi tidak melalui ASI. Melanjutkan pemberian ASI adalah hal terbaik jika Bunda sakit, karena perlindungan terbaik bagi bayi dari penyakit yang diderita sang Ibu adalah tetap menyusui.
Infeksi payudara, termasuk abses, meski terasa sakit, bukan alasan untuk berhenti menyusui. Selain itu, infeksi yang Ibu alami tersebut akan sembuh lebih cepat bila terus menyusui.

4. Payudara kecil, ASI sedikit?

Mitos:
Banyak informasi tidak akurat mengenai ukuran payudara Ibu, yang dianggap jika berukuran kecil tidak akan menghasilkan ASI yang cukup.

Fakta:
Umumnya ukuran payudara akan berubah saat hamil. Kalaupun tidak berubah secara signifikan, sebenarnya ukuran payudara tidak berhubungan dengan banyak tidaknya ASI yang dihasilkan. Wanita dengan payudara berukuran besar juga bisa mengalami kesulitan saat menyusui. Ibu jangan khawatir mengenai ASI yang akan dihasilkan, tetap memiliki afirmasi positif dan upayakan untuk meningkatkan persediaan ASI bagi Si Kecil.

Produksi ASI sendiri mengikuti prinsip supply and demand. Semakin tinggi kebutuhan bayi, maka semakin banyak pula produksi ASI. Semakin sering dirangsang atau diberikan pada Si Kecil, maka semakin banyak pula produksi ASI. Sebaliknya, semakin jarang dirangsang, produksi ASI juga akan semakin menurun. Mengonsumsi ASI booster juga bisa alternatif untuk memperlancar ASI. Makanan pelancar ASI seperti katuk, bayam, dan buah pepaya sangat direkomedasikan untuk Ibu menyusui

5. Memberi ASI langsung atau lewat botol?

Mitos:
Ada yang bilang memberikan ASI perah (ASIP) lewat botol harus dihindari karena dapat membuat anak bingung puting sehingga anak tidak mau menyusu langsung pada payudara ibu.

Fakta:
Ibu tidak perlu khawatir jika tidak selalu bisa memberikan ASI secara langsung yang mengharuskan bayi minum ASIP dari botol. Cara yang bisa dilakukan agar bayi tetap mau menyusu langsung dan terbiasa juga dengan menyusu lewat botol adalah dengan memperkenalkan botol pada bayi di usia 2-6 minggu secara bergantian. Sehari disusui langsung dan sehari menyusu lewat botol. Bayi akan belajar menyusu dari botol tanpa kehilangan kemampuan menyusu dari payudara. Jangan lupa untuk tetap menggendong dan memeluk bayi meski ASIP diberikan lewat botol.

Banyak sekali mitos yang berkembang di masyarakat seputar ASI dan ibu menyusui. Ada baiknya Ibu tidak menelan mentah-mentah semua informasi yang didapat. Pastikan kebenarannya, bila perlu konsultasikan kepada pakarnya. Selamat mengASIhi!