Diabetes Melitus atau “sakit gula” diartikan sebagai peningkatan kadar glukosa darah sebagi akibat ketidakmampuan tubuh mengolah karbohidrat atau glukosa akibat kurangnya jumlah insulin atau insulin tidak berfungsi sempurna (terjadi resistensi insulin dalam tubuh). Prevalensi diabetes terus meningkat dengan proporsi yang besar di dunia. Di indonesia, jumlah penderita diabetes diperkirakan meningkat dari 8.4 juta penderita pada tahun 2000 menjadi sekitar 21.3 juta penderita pada tahun 2030. Di tahun 2013, Indonesia merupakan peringkat ke-7 di dunia dan diperkirakan menjadi peringkat ke-6 di dunia di tahun 2030 dalam hal banyaknya penderita Diabetes (ADA, 2019).
Untuk dapat melakukan aktifitas sehari – hari, manusia akan membutuhkan energi. Dalam keadaan normal, ketika makanan masuk ke dalam tubuh, makanan akan dimetabolisme didalam saluran cerna. Glukosa akan diserap di usus dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah hingga mencapai sel. Masuknya glukosa ke dalam sel ini membutuhkan insulin. Setelah glukosa masuk ke dalam sel, metabolisme dalam sel dilanjutkan dengan hasil akhir adalah energi. (Gambar 1.)
Pada penderita diabetes, metabolisme glukosa menjadi energi ini menjadi terganggu. Hal tersebut dikarenakan glukosa di dalam darah tidak dapat dimasukkan ke dalam sel, karena insulin yang berkurang jumlahnya, atau sel resisten terhadap insulin. Sehingga jumlah glukosa di dalam darah terus meningkat. (Gambar 2.)
Diabetes sendiri dibagi menjadi beberapa tipe yaitu;
- Diabetes tipe 1; terjadi akibat kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel Beta Pankreas. Bisa disebabkan karena adanya infeksi virus, kelainan autoimun, maupun Herediter (menyebabkan degenerative sel beta, bahkan tanpa adanya virus atau penyakit autoimun)
- Diabetes tipe 2; merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini terjadi karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel karena sel resisten (kebal) terhadap insulin. Pada orang normal, glukosa dapat masuk ke dalam sel dengan mudah
- Diabetes tipe 3 ; dihubungkan dengan Alzheimer pada usia tua
- Diabetes tipe lain : LADA, MODY
- Diabetes dalam kehamilan
FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS |
|
Faktor Resiko Yang Dapat Dikendalikan |
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikendalikan |
o Riwayat diabetes dalam keluarga o Umur o Jenis kelamin
|
o Kegemukan o Tekanan darah tinggi o Kadar kolesterol o Toleransi glukosa terganggu o Kurang gerak |
Gejala diabetes sendiri dikenal sebagai gejala klasik, yaitu : “5P” yang terdiri dari : Poliuria (banyak kencing), Polidipsi (banyak minum), Polifagi (banyak makan), Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, Pruritus (gatal – gatal). Gejala lain yang mungkin dapat dirasakan oleh pasien dapat berupa : pandangan mata kabur, luka sulit sembuh dan kesemutan.
Kriteria penegakkan diabetes mellitus adalah dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah kapiler vena. Dikatakan diabetes jika :
- Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, atau
- Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dl, atau
- HbA1C ≥ 6,5%
- Terdapat gejala klasik dan GDS ≥ 200 mg/dL
Diabetes mellitus tidak dapat sembuh, namun dapat dikontrol dengan baik. Pengobatan diabetes dikenal dengan menggunakan 4 pilar, yaitu :
4 pilar dalam pengobatan Diabetes Melitus :
- Edukasi : Pengetahuan tentang Diabetes Melitus, dari mulai tipe diabetes, pola hidup dan pola makan yang dapat menyebabkan diabetes, hingga pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri.
- Gizi Medik : Asupan gizi yang seimbang diperlukan untuk pengelolaan diabetes mellitus. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45% - 65% dari total asupan energi. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20% - 25% kebutuhan kalori. Protein yang dianjurkan sebanyak 10% - 20% dari total asupan energi dalam sehari. Namun kebutuhan gizi tersebut disesuaikan kembali bila ada komplikasi pada pasien.
- Olahraga : Kesibukan aktivitas sehari-hari sering membuat lupa akan olahraga. Namun Olahraga sangat penting untuk membantu penyembuhan pasien Diabetes Melitus. Hindari kegiatan yang bermalas-malasan seperti menonton tv, menggunakan internet dalam waktu lama, main game komputer, dan sebagainya.
- Farmakologi : Terkadang pola hidup yang sehat belum tentu cukup untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Oleh karena itu Dokter biasanya meresepkan sejumlah obat tertentu untuk membantu menurunkan kadar glukosa agar kembali normal.
Periksa gula darah secara rutin penting dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan anda. Tidak perlu menunggu gejala-gejala tertentu, karena pasien diabetes sering tidak menyadari kalau dirinya telah menderita diabetes. Menurut WHO, konsumsi gula sebaiknya dibatasi < 50 gram per hari. Asupan gula perlu dikontrol, karena selain menyebabkan diabetes, dapat juga :
- Meningkatkan tekanan darah
- Meningkatkan lemak tubuh
- Meningkatkan kolesterol & lemak lain di darah
- Peningkatan kemungkinan penyakit jantung pembuluh darah
Jika tidak dikontrol dengan baik, maka diabetes dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
- Komplikasi mikrovaskular (pembuluh darah kecil)
- Neuropati (kerusakan saraf tepi)
- Retinopati (kerusakan saraf mata)
- Nefropati (kerusakan ginjal)
- Komplikasi makrovaskular (pembuluh darah besar)
- Coronary artery disease (penyakit pembuluh coroner jantung)
- Peripheral artery disease (penyakit pembuluh darah perifer)
- Stroke
Penyakit kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi tersering yang dijumpai pada penderita diabetes tidak terkontrol. Kerusakan saraf tepi merupakan penyebab utama terjadinya kaki diabetik ini yang akhirnya dapat berkembang menjadi ulkus diabetik bahkan berakhir dengan amputasi. Kontrol berkala, penggunaan alas kaki yang tepat untuk mencegah deformitas kaki, menghindari terjadinya luka adalah salah satu hal yang harus dilakukan dalam mencegah terjadinya penyakit kaki diabetes.
Artikel ini ditulis oleh dr. Apriliana Adyaksari, Sp. PD, M. Kes (Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS EMC Tangerang). Jadwal praktek dr Apriliana di Rumah Sakit EMC Tangerang : Senin, Rabu, Jumat (pk 07.30 – pk 14.00), Selasa & kamis (pk 13.00 – pk 20.30), dan Sabtu (pk 08.00 – pk 13.30).