Ini 7 Mitos dan Fakta Tentang HIV/AIDS yang Perlu Diketahui

Setiap tanggal 1 Desember, seluruh dunia memperingati hari AIDS sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk memberi kekuatan dan semangat kepada para penderita AIDS sekaligus mengedukasi masyarakat tentang bahaya dari penyakit AIDS. Sebagian besar masyarakat di dunia faktanya masih belum teredukasi terkait penyakit AIDS, bahkan masih banyak dari mereka yang menyamakan HIV dengan AIDS. Oleh karena itu, mari kita kupas tuntas mitos serta fakta terkait HIV dan AIDS.

Apa itu HIV?

HIV dan AIDS memang sangat berkaitan. Itulah salah satu alasan mengapa masih banyak orang yang keliru memahaminya. Pada dasarnya, HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS. HIV sendiri adalah singkatan dari jenis virus yaitu Human Immunodeficiency Virus. HIV secara spesifik menyerang dan menghancurkan sel CD4 yang menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan infeksi.

Saat sel CD4 menurun, maka fungsi sistem imun akan melemah secara sangat drastis. Akibatnya, ketika seseorang terinfeksi HIV, tubuhnya akan mengalami berbagai penyakit infeksi dari jamur, bakteri, parasit, virus, serta kuman patogen merugikan lainnya. Sayangnya, keberadaan HIV dalam tubuh penderita tak dapat disingkirkan, apalagi infeksi HIV dalam jangka panjang yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan tepat dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit AIDS.

Apa itu AIDS?

AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah suatu kumpulan gejala yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah mencapai tahap yang sangat parah. Biasanya kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit kronis lain seperti kanker atau berbagai infeksi oportunis yang muncul seiring dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh seseorang.

Apa saja gejala HIV/AIDS?

  • Batuk kering hingga berkeringat di malam hari
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Muncul ruam di kulit
  • Sakit tenggorokan dan sariawan
  • Sakit kepala
  • Nyeri sendi
  • Demam sampai menggigil
  • Sakit perut
  • Sering muntah
  • Nyeri otot

Mitos VS Fakta HIV/AIDS

  1. Mitos: Seseorang yang positif HIV bisa terlihat dari anatomi tubuh atau kondisi fisiknya.

Fakta: Secara fisik dan perilaku, seseorang yang terinfeksi HIV masih tampak selayaknya orang yang sehat. 

  1. Mitos: Perempuan hamil yang terinfeksi HIV pasti akan menularkannya ke bayinya. 

Fakta: Penularan HIV dari ibu ke anak merupakan penularan vertikal. Namun, risiko penularan dapat diminimalisir dengan segera melakukan usaha pencegahan. Faktanya, masih banyak kasus bayi lahir dengan sehat meskipun ibunya positif HIV. 

  1. Mitos: Pasien akan segera meninggal dunia setelah diketahui positif HIV.

Fakta: Banyak orang dengan HIV bisa hidup lama layaknya orang tanpa virus bila melakukan terapi dan pengobatan yang tepat secara berkala. 

  1. Mitos: Hanya hubungan intim yang bisa menularkan HIV.

Fakta: Walau risikonya rendah, seks atau hubungan intim secara oral dan anal serta pemakaian jarum suntik secara bergantian bisa berpotensi menularkan virus HIV. 

  1. Mitos: HIV hanya menyerang anak muda yang aktif memakai obat-obatan terlarang dan aktif melakukan hubungan seksual. 

Fakta: Virus HIV bisa menyerang segala usia mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa, hingga lansia.

  1. Mitos: Kita bisa tertular HIV lewat berbagi makanan, piring, gelas, atau dudukan toilet dengan orang yang terinfeksi HIV.

Fakta: Virus HIV tidak bisa bertahan di luar tubuh dalam jangka waktu lama dan tidak bisa berpindah melalui proses berbagi alat makan, makanan, atau dudukan toilet. 

  1. Mitos: Nyamuk bisa menjadi media penularan HIV.

Fakta: Hingga saat ini, tak ada hasil riset yang membuktikan bahwa serangga yang telah mengigit penderita HIV dapat menularkannya kepada orang lain.

Itulah hal-hal yang perlu diketahui tentang HIV dan AIDS. WHO (World Health Organization) menetapkan bahwa pemeriksaan HIV harus bersifat sadar diri, rahasia, terarah, akurat, dan terhubung dengan pengobatan yang tepat. Jika berisiko terinfeksi HIV, pasien disarankan untuk segera mendapatkan pemeriksaan HIV secara menyeluruh. Untuk melakukan pemeriksaan HIV, kita bisa berkonsultasi serta mendapatkan sesi konseling terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan yang ahli. Mari songsong masa depan yang lebih baik dan edukasi diri lebih lanjut terkait penyakit-penyakit di sekitar kita agar bisa ditangani dengan cara yang paling tepat. #LiveExcellently

Artikel ditulis oleh dr. Meirda Retna Kencana (Konselor VCT RS EMC Tangerang)