Asma merupakan salah satu penyakit pernapasan kronis yang cukup sering dan umum dialami. Asma terjadi akibat adanya peradangan dan menyempitnya jalan napas (bronkus) pada paru-paru. Walaupun penderita asma tak dapat sembuh sepenuhnya, gejala yang dialami dapat dikurangi dengan pengobatan yang baik dan tepat.
Metode pengobatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah terapi, dari terapi dengan obat-obatan, teknik pernapasan, hingga jenis olahraga tertentu. Selain untuk mengurangi keparahan gejala asma, terapi pengobatan asma juga bertujuan untuk mengurangi frekuensi kekambuhan. Lalu, apa saja jenis terapi penyembuhan asma yang bisa dilakukan? Berikut penjelasannya!
Jenis terapi pengobatan asma yang sering direkomendasikan oleh dokter
Penting untuk konsultasi terlebih dahulu ke dokter untuk menemukan jenis terapi mana yang paling tepat untuk menangani asma Anda. Dokter akan menganalisa apa jenis dan tingkat keparahan asma yang Anda alami. Setelah itu, dokter dapat menentukan obat dan jenis terapi mana yang cocok untuk Anda. Hal ini perlu diperhatikan karena tidak semua orang cocok dengan satu terapi tertentu. Apa saja jenis terapi yang biasa direkomendasikan oleh dokter? Berikut jenis-jenisnya!
- Terapi obat
Terapi obat merupakan metode pengobatan asma yang umum direkomendasikan oleh dokter, baik untuk jangka pendek ataupun panjang. Lama periode terapi obat akan disesuaikan dengan tingkat keparahan asma yang dialami. Terapi obat untuk asma terbagi menjadi tiga, yaitu pengobatan jangka panjang, pendek, serta pengobatan alergi.
Pengobatan asma jangka panjang bertujuan mengendalikan keparahan gejala, dan mencegahnya kambuh secara berkelanjutan serta komplikasi. Terapi ini biasanya melibatkan penggunaan obat hirup.
Pengobatan asma jangka pendek lebih bertujuan untuk meredakan serangan asma akut saat kejadian dengan segera. Obat ini juga bisa digunakan sebagai pertolongan pertama ketika mengalami serangan asma mendadak.
Pengobatan alergi dikhususkan untuk mengatasi alergi yang menjadi penyebab asma. Jadi, obat biasanya hanya diberikan jika tubuh bereaksi dengan pemicu (alergen) tertentu.
- Terapi pernapasan
Terapi pernapasan merupakan sebuah cara untuk mengatasi asma tanpa obat yang kerap dianjurkan dokter. Namun, terapi ini perlu dilatih setiap hari, dengan membiasakan pengidap asma untuk bernapas dengan lebih efektif. Seiring berjalannya waktu, dengan rutin melakukan terapi pernapasan akan membantu meningkatkan fungsi paru-paru untuk menampung & menyerap oksigen, dan mencegah asma kambuh.
- Terapi yoga
Olahraga yang satu ini melatih Anda mengatur pola tarikan dan embusan napas mengikuti setiap gerakan tubuh. Itulah sebabnya yoga bisa dimanfaatkan sebagai cara meredakan gejala asma. Teknik pernapasan dalam yoga lambat laun akan meningkatkan kapasitas paru.
Dengan begitu, pengidap asma dapat menghirup volume oksigen dalam jumlah yang lebih banyak saat bernapas pendek. Tak hanya itu, yoga juga secara tidak langsung mengajarkan bagaimana cara bernapas lebih baik dan efisien dan mengurangi stres yang bisa memicu asma. Dengan durasi 50 menit per hari, yoga terbukti efektif dalam mengurangi kambuhnya serangan asma di pagi dan malam hari.
- Terapi renang
Saat berolahraga, tanpa sadar mungkin penerita asma sering bernapas tak melalui hidung melainkan lewat mulut. Cara bernapas seperti ini dapat membuat penderita semakin sesak napas, karena udara yang masuk ke paru adalah udara kering.
Udara kering dapat mengiritasi saluran napas yang akhirnya memicu gejala asma. Nah, berenang adalah olahraga yang cukup direkomendasikan untuk pengidap asma. Sebab, berenang membantu melembapkan saluran udara agar tidak kering dan teriritasi.
Selain itu, postur tubuh yang mendatar saat berenang dapat membuat otot-otot saluran pernapasan lebih rileks, sehingga nantinya pengidap asma bisa bernapas lebih lega. Terapi ini juga bertujuan untuk membantu pengidap asma agar tetap aktif bergerak.
Itulah beberapa terapi untuk pengobatan asma. Sebelum memilih mana terapi yang ingin dijalani, sebaiknya konsultasikan pada dokter terlebih dahulu. Sebab, kondisi asma yang dialami setiap orang bisa berbeda-beda, sehingga pengobatan yang bisa dilakukan pun tentu berbeda.
Artikel ditulis oleh dr. Chrispian Oktafbipian Mamudi, Sp.PD-KP (Spesialis Penyakit Dalam - Konsultan Paru RS EMC Pulomas).