Saluran pencernaan merupakan salah satu “jalur” penting dalam tubuh manusia. Melalui saluran ini, makanan yang dikonsumsi diproses dan diserap oleh tubuh. Kemudian, sisa makanan yang tak terpakai pada proses tersebut juga dibuang lewat saluran ini.
Saluran pencernaan terdiri dari beberapa bagian, dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar, dan berakhir pada anus. Jika tidak dijaga dengan baik kesehatan pada saluran pencernaan maka akan mengakibatkan masalah yang fatal. Salah satunya yaitu kanker usus besar. Kanker usus besar penyakit ini adalah kanker peringkat 2 yang mematikan.
Di Dunia, diperkirakan kanker kolorektal merupakan jenis kanker keempat terbanyak-Globocan, 2018. Di Indonesia, salah satu kanker tertinggi kedua pada pria adalah kanker kolorektal dengan jumlah kasus baru kanker kolorektal mencapai 30.017 (8.6%)-Globocan 20.
Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh di usus besar (kolon) atau di bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Kanker kolorektal dapat dinamai kanker kolon atau kanker rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker.
Kanker kolorektal umumnya bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh secara tidak normal di dinding dalam kolon atau rektum. Namun, tidak semua polip berkembang menjadi kanker. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip itu sendiri.
Berikut ini adalah tiga jenis polip yang dapat tumbuh di usus besar:
- Polip adenoma, yaitu jenis polip yang terkadang berubah menjadi kanker (kondisi prakanker)
- Polip hiperplastik, yaitu jenis yang lebih sering terjadi namun umumnya tidak menjadi kanker
- Sessile serrated polyps (SSP) dan traditional serrated adenomas (TSA), yaitu jenis polip yang dianggap sebagai polip adenoma, karena berisiko tinggi berubah menjadi kanker kolorektal.
Terlepas dari jenis polipnya, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan polip berubah menjadi kanker kolorektal, yaitu:
- Ukuran polip lebih besar dari 1 cm
- Polip berjumlah lebih dari 2 di kolon atau rektum
- Polip tumbuh di atas jaringan yang tidak normal (displasia), biasanya terlihat setelah polip diangkat.
Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Kolorektal
Seperti semua jenis kanker, kanker kolorektal terjadi ketika sel-sel di dalam tubuh tumbuh secara tidak normal dan membentuk tumor. Seiring waktu, tumor ini akan berkembang dan merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan sel-sel tersebut berkembang tidak terkendali. Namun, ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kolorektal, antara lain:
- Berusia 50 tahun atau lebih
- Memiliki riwayat penyakit kanker atau polip kolorektal
- Memiliki keluarga yang pernah mengalami kanker atau polip kolorektal
- Memiliki keluarga dengan riwayat kanker kolorektal atau kanker payudara di bawah usia 50 tahun
- Menderita radang usus, baik kolitis ulseratif maupun penyakit Crohn
- Menderita diabetes
- Menderita obesitas atau berat badan berlebih
- Menjalani pola hidup tidak sehat, misalnya jarang mengonsumsi serat dan buah-buahan, kurang berolahraga, serta memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
- Menjalani radioterapi (terapi radiasi) di area perut
Gejala Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal biasanya baru menimbulkan gejala ketika sel kanker sudah makin berkembang. Gejalanya bervariasi, tergantung pada ukuran dan lokasi kanker.
Beberapa gejala kanker kolorektal yang dapat muncul adalah:
- Diare
- Sembelit
- Buang air besar terasa tidak tuntas
- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
- Perdarahan pada rektum (bagian ujung usus besar)
- Buang air besar berdarah
- Mual
- Muntah
- Perut terasa nyeri, kram, atau kembung
- Tubuh mudah lelah
Kapan harus ke dokter
Kanker kolorektal sering kali tidak memunculkan gejala jika masih pada tahap awal. Oleh sebab itu, konsultasikanlah dengan dokter mengenai perlunya skrining kanker kolorektal, terutama jika Anda memiliki risiko untuk terkena kanker kolorektal.
Orang yang berusia di atas 45 tahun disarankan untuk menjalani skrining kanker kolorektal secara berkala. Namun, diskusikan terlebih dulu dengan dokter mengenai jenis skrining yang tepat serta jadwal skriningnya. Kanker kolorektal dapat terdeteksi sedini mungkin melalui skrining. Dengan begitu, peluang sembuh dari penyakit ini semakin besar.
Pencegahan Kanker Kolorektal
Kanker usus besar berkembang secara lambat, terkadang penyakit ini tidak langsung disadari oleh penderitanya. Belum diketahui bagaimana cara mencegah kanker kolorektal. Kanker usus besar apabila disepelekan akan sangat berbahaya dan perlu dicegah sesegera mungkin. Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah penyakit ini yaitu:
- Menjaga pola hidup sehat
Dengan berolahraga secara rutin, menjaga makanan yang dikonsumsi, menghindari konsumsi daging merah secara berlebihan, menghindari konsumsi daging yang dimasak suhu tinggi, perbanyak konsumsi buah dan sayur serta makanan tinggi serat, mempertahankan berat badan ideal dan mengelola diabetes dengan baik (jika ada). Semua hal ini membantu pembentukan pola hidup sehat.
- Melakukan deteksi dini secara rutin
Bagi yang sudah berusia 50 tahun keatas, sangat disarankan untuk melakukan deteksi terhadap kanker usus besar. Melakukan deteksi dapat memberikan kejelasan terhadap kesehatan tubuh.
- Hindari gaya hidup tidak sehat
Menghindari minuman beralkohol dan tidak merokok merupakan salah satu kunci penting dalam menghindari kanker usus besar. Gaya hidup berbahaya ini tentunya dapat memberikan efek samping buruk dan menyebabkan penyakit serius yang berkepanjangan.
Artikel ditulis oleh dr. Handy Wing, Sp.B.SubBDig (Spesialis Bedah - Subspesialis Bedah Digestif RS EMC Alam Sutera).