Kenali Gejala Obsessive-Compulsive Disorder atau OCD

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah sebuah gangguan mental yang ditandai dengan adanya obsesi dan/ atau kompulsi. Obsesi adalah pikiran, dorongan, atau gambaran yang berulang dan terus-menerus yang dianggap sebagai sebuah pengalaman intrusif dan tidak diinginkan. Sedangkan kompulsi adalah perilaku berulang atau tindakan mental yang dilakukan oleh individu karena merasa terdorong untuk melakukan hal tersebut sebagai bentuk menanggapi obsesi atau menuruti aturan yang harus diterapkan secara kaku.

 

Prevalensi OCD berkisar 1,1%-1,8%. Perempuan lebih banyak yang terkena gangguan ini dibandingkan laki-laki ketika dewasa, namun laki-laki lebih sering terkena pada masa kanak-kanak. Rata-rata usia seseorang terkena OCD adalah 19 tahun, namun 25% kasus dapat mulai sejak usia 14 tahun. Onset usia diatas 35 tahun biasanya jarang namun bisa saja terjadi. Hampir 25% laki-laki memiliki onset sebelum usia 10 tahun. Penderita OCD biasanya menyadari bahwa pikiran dan tindakannya berlebihan, tetapi mereka tak dapat melawannya. OCD bisa sangat menganggu penderitanya sehingga menghambat berbagai aspek kehidupannya. 

Apa saja penyebab OCD?

Penyebab OCD belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang meningkatkan resiko OCD antara lain : faktor genetik, adanya gangguan pada neurotransmiter (senyawa kimia otak) seperti serotonin dan norepinefrin, faktor temperamental (cenderung memiliki emosi negatif yang tinggi dan menginternalisasi masalah), serta adanya trauma masa kecil seperti mendapat perlakuan abusif, baik secara fisik atau seksual, terkena infeksi dan sesudah mengalami gejala autoimun akibat infeksi.

Apa saja gejala OCD?

Gejala OCD yaitu memiliki pikiran, dorongan, atau bayangan yang sebenarnya tidak diinginkan, yang menimbulkan rasa cemas atau penderitaan secara bermakna. Penderitanya akan berusaha untuk menekan atau mengabaikan pikiran, dorongan atau bayangan tersebut, atau bahkan “menetralkan” hal-hal tersebut dengan tindakan lain secara berulang-ulang (kompulsi), misalnya mencuci tangan, merapikan, memeriksa, berdoa, menghitung, mengulang kata-kata tertentu dengan pelan). Penderita OCD merasa perlu melakukan tindakan-tindakan tersebut untuk mencegah atau mengurangi rasa cemas, penderitaan, atau mencegah hal buruk yang akan terjadi. Tetapi perlu diingat, bahwa tindakan kompulsi yang dilakukan tidak realistis atau dilakukan secara berlebihan bila dibandingkan cara-cara yang normal untuk mencegah atau menetralisir sesuatu. Sebagai contoh, penderita OCD yang takut “terkontaminasi” kuman, cenderung akan mencuci tangan secara berlebihan (ada aturan-aturan tertentu misalnya 5 kali menggosok lengan, 9 kali menggosok telapak tangan, dan lain-lain) atau terlalu sering membersihkan rumah atau mandi sampai beberapa jam. 

Obsesi dan kompulsi ini sangat menghabiskan waktu (biasanya lebih dari 1 jam per hari) atau menyebabkan gangguan dan penderitaan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi-fungsi penting lainnya dalam hidup. Gejala obsesi-kompulsi yang muncul bukan akibat dari penyalahgunaan zat atau obat tertentu, ataupun kondisi medis umum lainnya. Penderita OCD terkadang dapat merasa malu untuk menceritakan ke dokter apa yang dialami di awal pertemuan karena mereka menyadari apa yang menjadi obsesi-kompulsinya merupakan hal yang berlebihan dan tidak wajar, namun mereka sulit untuk tidak berpikir atau melakukan hal tersebut.

Contoh kasus misalnya seseorang yang merasa harus memeriksa kompor sebanyak 30 kali supaya tidak terjadi kebakaran dalam rumahnya. Orang tersebut tahu bahwa rumahnya belum tentu kebakaran seandainya ia tidak memeriksa kompor sebanyak 30 kali, namun pikiran untuk memeriksa kompor 30 kali (obsesi) terus-menerus muncul sehingga ia akhirnya harus memeriksa kompor 30 kali (kompulsi) supaya membuat dirinya tenang.

Beberapa tema yang sering terkait dengan OCD adalah Kebersihan (obsesi akan kontaminasi dan kompulsi dengan membersihkan); Simetris (obsesi akan simetris dan kompulsi dengan mengecek, mengurutkan, dan menghitung); Pikiran yang taboo atau terlarang (obsesi akan agresifitas, seksual, atau keagamaan dan kompulsi yang terkait hal tersebut); dan Menyakiti (ketakutan akan melukai diri sendiri atau orang lain dan kompulsi dengan mengecek)

Beberapa gangguan lain yang juga dikaitkan dengan OCD misalnya Body dysmorphic disorder, hoarding disorder, trikotilomania, dan excoriation (skin-picking) disorder. Body dismorfic disorder ditandai dengan preokupasi pada satu atau lebih dari penampilan fisik yang dianggap cacat oleh orang tersebut padahal orang lain tidak melihat hal tersebut atau dianggap tidak bermakna. Hal ini diikuti dengan perilaku berulang (misalnya, memeriksa cermin, perawatan berlebihan, atau mencari penentraman) atau tindakan mental (misalnya, membandingkan penampilan dirinya dengan orang lain).

Hoarding disorder merupakan gangguan yang ditandai dengan kesulitan membuang atau berpisah dengan barang kepunyaan, tanpa melihat nilai dari barang tersebut. Hal ini berbeda dengan mengumpulkan barang pada umumnya. Pada hoarding disorder, terjadi akumulasi dari sejumlah besar barang-barang yang memadati dan mengacaukan ruang tamu sehingga ruang tamu tersebut tidak bisa digunakan lagi.

Trikotilomania ditandai dengan mencabuti rambut sendiri secara berulang sehingga berakibat kerontokan rambut, disertai upaya berulang untuk mengurangi atau menghentikan pencabutan rambut tersebut. Excoriation (skin-picking) disorder ditandai dengan pencubitan berulang pada kulit sendiri yang mengakibatkan luka pada kulit dan ada upaya berulang untuk mengurangi atau menghentikan pencubitan kulit. Kedua hal ini tidak dipicu oleh obsesi atau preokupasi, namun dapat didahului atau disertai dengan berbagai keadaan emosional, seperti perasaan cemas atau bosan. Hal tersebut juga dapat didahului oleh rasa tegang yang diikuti oleh rasa puas, senang, atau lega ketika rambut tercabut atau kulit tercubit.

Bagaimana cara mengobati OCD?

Pengobatan OCD dapat berupa konsumsi obat-obatan, menjalani psikoterapi, atau keduanya. Jenis obat yang diberikan biasanya antidepresan dengan dosis cukup tinggi. Bila masih belum membaik, dapat diberikan tambahan antipsikotik. Psikoterapi yang diberikan biasanya terapi perilaku kognitif (CBT). Tipe CBT yang diberikan biasanya berupa Exposure and Response Prevention (EX/RP).

Itulah beberapa hal yang perlu diketahui seputar OCD. Jika telah merasakan gejala OCD yang semakin mengganggu, segera lakukan penanganan ke dokter spesialis berpengalaman di rumah sakit terpercaya.

Artikel ditulis oleh dr. William Surya Atmadja, Sp.KJ (Spesialis Kedokteran Jiwa RS EMC Pulomas).