Stroke adalah penyakit pembuluh darak otak.
Menurut WHO, definisi stroke adalah, suatu keadaan ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa deficit neutrologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular.
Stroke adalah kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Stroke bisa berupa iskemik (sumbatan) maupun perdarahan (hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada area otak yang terdampak akan segera mati.
Asisten Profesor Neurologi di Cushing Neuroscience Institute Manhasset, Igor Rybinnik, MD, mengatakan, kesadaran masyarakat untuk memahami penyakit stroke masih minim. Hal tersebut mengakibatkan banyak kesalahpahaman. Karena itu, mari kita ulas secara lengkap beberapa mitos dan fakta tentang stroke berikut ini.
- Mitos: Stroke hanya dialami oleh orang tua
Fakta: Tak dapat dipungkiri, usia memang termasuk salah satu faktor risiko serangan stroke. Risiko meningkat 2 kali lipat saat seseorang berusia di atas 55 tahun. Namun, perlu diingat bahwa usia bukan satu-satunya faktor risiko, ada banyak faktor risiko lainnya, seperti gaya hidup, kurang olahraga, terlalu banyak konsumsi junk food memungkinkan seseorang kena serangan stroke di usia lebih muda.
- Mitos : Jika Gejala Stroke Hilang, Tidak Perlu ke Dokter
Fakta: Gejala stroke sementara disebut sebagai Transient Ischemic Attack (TIA). Hal itu sebagai tanda peringatan utama terhadap kejadian Stroke dan perlu penanganan serius.
- Mitos: Stroke bukan penyakit keturunan (genetik)
Fakta: Adanya riwayat Stroke di keluarga meningkatkan peluang terjadinya stroke pada diri sendiri.
- Mitos: Stroke tidak dapat diobati
Fakta: Jenis stroke yang paling umum terjadi adalah stroke iskemik (stroke akibat berkurangnya suplai darah ke otak akibat pembekuan). Stroke iskemik akut dapat diobati dengan sebuah terapi pemberian agen trombolitik yang memecah bekuan. Namun, manfaat terapi ini tergantung pada waktu.
- Mitos: Stroke terjadi hanya pada penderita jantung
Fakta: Stroke adalah “Brain Attack”, yaitu serangan otak yang bisa terjadi pada siapa saja. Penderita jantung, diabetes, dan hipertensi mempunyai resiko lebih tinggi.
- Mitos: Stroke tidak dapat dicegah
Fakta: 80% penyakit ini muncul diawali dengan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas. Semua itu dapat dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat, seperti mengatur pola makan, tidak merokok, rajin olahraga, dan masih banyak lagi.
- Mitos: Melakukan tusuk jarum di area telinga, jari tangan dan jari kaki
Fakta: Stroke terjadi karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak bukan pada pembuluh darah tepi anggota tubuh lainnya. Melakukan tusuk jarum pada anggota tubuh berisiko infeksi bila jarum tidak steril.
- Mitos: Stroke dan kejang adalah kondisi yang sama
Fakta: Kejang dan stroke adalah dua kondisi gangguan neurologis yang berbeda. Stroke merupakan sebuah kondisi yang terjadi karena kurangnya suplai darah atau terjadinya pendarahan di otak. Sedangkan kejang dapat disebabkan oleh perubahan fisik, perilaku atau karena pelepasan listrik yang tidak normal dan berlebihan di otak. Kejang juga bisa terjadi akibat stroke.
- Mitos: Mulut mencong (pelo) dianggap akibat magic maka berobat ke dukun
Fakta: Mulut mencong (pelo) merupakan salah satu gejala awal stroke yang harus segera dibawa ke rumah sakit agat segera ditangani.
- Mitos: Waktu pemulihan Stroke yang singkat
Fakta: Pemulihan Stroke membutuhkan waktu lama, bila tidak dilakukan pengobatan dengan baik dan teratur berakibat kecacatan permanen.
Itulah beberapa mitos dan fakta tentang stroke yang perlu diketahui. Dengan mengetahui mitos dan fakta diatas, kita juga dapat mencegah terjadinya stroke pada diri sendiri dan keluarga. Jika sudah mengalami gejala stroke yaitu salah satu lengan terasa lemah hingga tidak bisa digerakkan, kesulitan berbicara, salah satu sisi wajah terlihat menurun, maka segera bawa ke rumah sakit tepercaya untuk mendapat pertolongan pertama.
Artikel direview oleh dr. Dewanta Sembiring, Sp. S (Dokter Spesialis Saraf RS EMC Sentul).