Kata Hemorrhoid berasal dari bahasa Yunani "haemorrhoides", yang berarti aliran dari darah (haem = darah, rhoos = aliran). Penyakit hemorrhoid, yang kita kenal dengan ambeien atau wasir, adalah suatu penyakit dimana terjadi pembesaran dan menonjolnya jaringan hemorrhoid keluar anus, dimana hemorrhoid ini merupakan suatu jaringan berisi pembuluh darah, yang normal ditemukan pada daerah anus. Hemorrhoid mempunyai fungsi sebagai bantalan dan perasa sensasi pada saat proses defekasi (buang air besar).
Menurut data Departemen Kesehatan (DEPKES) tahun 2015, prevalensi hemorroid di Indonesia adalah 5,7 persen dari total populasi,atau sekitar 10 juta orang. Data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2007 menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami penyakit hemorrhoid. Johanson et al tahun 1990, menunjukkan ada 10 juta orang di Amerika yang menderita gangguan hemorrhoid, dengan angka prevalensi 4,4 %, di usia 45-65 tahun. Di Inggris, penyakit hemorrhoid dilaporkan pada 13 % - 35 % dari total populasi.
Faktor resiko utama terjadinya gangguan hemorrhoid adalah konstipasi dan sering mengedan dalam waktu yang lama. Beberapa faktor lain yang juga berpengaruh adalah diare, kehamilan, peningkatan tekanan dalam perut, usia dan genetik.
Hemorrhoid pada umumnya diklasifikasikan atas 2, yaitu hemorrhoid interna dan eksterna, dan untuk tujuan praktis, hemorrhoid interna dibagi lagi menjadi 4 grade (Goligher’s Classification) : Grade 1, hemorrhoid berdarah tapi tidak menonjol keluar anus; Grade 2, hemorrhoid menonjol keluar anus, tapi masih bisa masuk secara spontan; Grade 3, hemorrhoid menonjol keluar anus dan tidak bisa masuk secara spontan; dan Grade 4, hemorrhoid keluar melalui anus dan tidak dapat masuk kembali.
Penanganan penyakit hemorrhoid dibagi atas dua, yaitu secara konservatif atau operasi. Penyakit hemorrhoid grade 1 dan 2 umumnya dapat diatasi secara konservatif, modifikasi gaya hidup, pemberian obat, merubah kebiasaan defekasi, dan memperbaiki pola diet. Sedangkan penyakit hemorrhoid grade 3 dan 4 biasanya ditangani dengan operasi.
Dengan perkembangan ilmu kedokteran yang sangat pesat, saat sekarang sudah banyak dikenal teknik operasi penyakit hemorrhoid dengan prinsip minimal invasif. Salah satunya dengan teknik HAL-RAR (Hemorrhoid Arterial Ligation and Recto Anal Repair). Teknik HAL-RAR ini pertama kali diaplikasikan oleh dr. Kazumassa Morinaga di Jepang, pada tahun 1995. Pada metode ini, dokter menggunakan suatu alat ultrasound doppler khusus untuk mendeteksi pembuluh darah hemorrhoid, sehingga bisa dilakukan penjahitan dan diharapkan jaringan hemorrhoid akan mengecil. Kemudian dilanjutkan dengan tindakan RAR, dimana lapisan mukosa dari hemorrhoid dijahit dan diikat ke atas, sehingga bisa berfungsi lagi secara normal.
Tindakan HAL-RAR ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan teknik operasi penyakit hemorrhoid yang lain. Diantaranya adalah rasa nyeri yang sangat ringan karena operasi dilakukan tanpa menggunakan pisau, jaringan hemorrhoid tidak dibuang sehingga fungsinya tidak hilang, proses operasi yang cepat, waktu rawat inap di rumah sakit menjadi singkat, dan 24-48 jam setelah operasi pasien sudah dapat beraktifitas. Komplikasi operasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, rasa tidak lampias setelah buang air besar (tenesmus), sulit buang air kecil, dan nyeri. Namun komplikasi-komplikasi tersebut biasanya bersifat sangat ringan, dan dapat diatasi dengan pengobatan. Saran untuk pasien setelah dilakukan operasi adalah makan makanan tinggi serat, Sitz bath untuk mengurangi rasa tidak nyaman, dan menjaga kebersihan daerah anus.
Artikel ditulis oleh dr. Felmond Limanu, Sp.B.SubBDig (Spesialis Bedah - Subspesialis Bedah Digestif RS EMC Pekayon).