Sebagian dari Anda mungkin masih asing mendengar istilah Empty Sella Syndrome. Apa sebenarnya kondisi ini dan bagaimana penanganan yang dilakukan? Empty Sella Syndrome (ESS) termasuk ke dalam sebuah kondisi medis langka yang melibatkan sella turcica, yaitu rongga tulang yang terletak di dasar tengkorak sebagai tempat ditemukannya kelenjar pituitari. Kelenjar pituitari memiliki peran krusial untuk mengatur berbagai fungsi hormonal tubuh. Pada individu dengan ESS, rongga ini tampak kosong atau sebagian terisi cairan serebrospinal, yang disebabkan oleh pengecilan atau tekanan pada kelenjar pituitari.
Penyebab dan Jenis Empty Sella Syndrome
ESS dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu:
1. Empty Sella Syndrome Primer
ESS primer terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas atau terdeteksi. Kondisi ini sering dikaitkan dengan cacat bawaan pada diafragma sella, lapisan jaringan yang menutupi sella turcica. Diafragma sella yang tidak normal dapat memungkinkan cairan serebrospinal masuk ke dalam sella turcica, menyebabkan tekanan pada kelenjar pituitari sehingga tampak mengecil atau terdorong ke samping. ESS primer lebih sering ditemukan pada wanita, terutama yang mengalami obesitas atau hipertensi (tekanan darah tinggi).
2. Empty Sella Syndrome Sekunder
Empty Sella Syndrome sekunder terjadi karena kerusakan pada kelenjar pituitari yang sebelumnya berfungsi dengan baik. Penyebab potensial termasuk tumor pituitari, terapi radiasi, operasi pituitari, trauma kepala, atau infeksi yang mempengaruhi otak atau kelenjar pituitari. Dibanding ESS primer, ESS sekunder kadang lebih serius disertai dengan gejala yang lebih signifikan.
Bagaimana Gejala Empty Sella Syndrome?
Umumnya, gejala ESS bervariasi antar individu. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala apa pun, sementara yang lain bisa menghadapi masalah hormonal serius. Berikut merupakan gejala yang ditimbulkan:
- Sakit kepala kronis: Salah satu gejala yang paling umum adalah sakit kepala yang kronis dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Gangguan penglihatan: Gejala ini ditimbulkan karena sella turcica dekat dengan saraf optik, tekanan pada kelenjar pituitari bisa memengaruhi penglihatan.
- Merasa lelah dan mudah lemas: Ketidakseimbangan hormonal yang dialami tubuh dapat menyebabkan perasaan lelah dan lemas yang kronis.
- Mengalami gangguan menstruasi: Pada wanita, Empty Sella Syndrome bisa menyebabkan menstruasi yang tidak teratur.
- Gangguan infertilitas: Masalah kesuburan bisa terjadi akibat gangguan hormonal yang mempengaruhi ovulasi pada wanita atau spermatogenesis pada pria.
- Masalah tiroid: ESS menyebabkan hipotiroidisme apabila kelenjar pituitari tidak cukup merangsang kelenjar tiroid.
Bca Juga: Serba-Serbi Stevens Johnson Syndrome yang Wajib Diketahui!
Cara Diagnosis Empty Sella Syndrome
Diagnosis Empty Sella Syndrome dilakukan melalui metode di bawah ini, yaitu:
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Teknik pencitraan yang paling umum dan efektif untuk mendeteksi ESS adalah dengan MRI. Dengan memanfaatkan medan magnet dan gelombang radio, MRI menyediakan gambar rinci dari struktur otak dan kelenjar pituitari.
2. Tes Darah
Tes ini dapat mengukur kadar hormon dalam darah dan juga menilai fungsi kelenjar pituitari. Tes darah dapat membantu menentukan apakah ada ketidakseimbangan hormonal yang perlu ditangani.
Langkah Penanganan Empty Sella Syndrome
Pengobatan Empty Sella Syndrome diberikan berdasarkan gejala dan penyebabnya. Beberapa pendekatan pengobatan meliputi:
1. Pengobatan Gejala
Jika pasien tidak mengalami gejala signifikan atau gangguan hormonal, pengobatan mungkin tidak diperlukan. Pemantauan rutin dengan pencitraan dan tes darah mungkin cukup untuk memastikan kondisi tidak memburuk.
2. Melakukan Terapi Hormonal
Apabila Empty Sella Syndrome menyebabkan ketidakseimbangan hormon, mungkin diperlukan terapi penggantian hormon. Ini bisa termasuk hormon tiroid, hormon pertumbuhan, kortikosteroid, atau hormon seks tergantung pada hormon mana yang terpengaruh.
3. Penanganan Penyebab yang Mendasari
Untuk Empty Sella Syndrome sekunder yang disebabkan oleh tumor pituitari atau kondisi lain, perawatan yang lebih intensif mungkin diperlukan yang meliputi:
- Operasi pengangkatan tumor pituitari jika hal ini adalah penyebab ESS.
- Terapi Radiasi dilakukan untuk mengecilkan tumor pituitari atau mencegah pertumbuhannya kembali.
- Pengobatan infeksi atau peradangan jika Empty Sella Syndrome disebabkan oleh infeksi atau kondisi peradangan.
4. Penanganan Gejala Lain yang Muncul
- Sakit kepala dapat dikelola dengan obat penghilang rasa sakit atau terapi lain. Tentunya dalam hal ini, penggunaan obat sakit kepala ajib disertai dengan anjuran dokter.
- Gangguan penglihatan yang terjadi memerlukan evaluasi dan perawatan oleh spesialis mata.
Kini telah diketahui bahwa Empty Sella Syndrome adalah kondisi langka yang dapat memengaruhi kelenjar pituitari dan fungsi hormonal tubuh. Meskipun beberapa pasien mungkin tidak mengalami gejala, yang lain dapat menghadapi tantangan kesehatan yang signifikan. Pemahaman yang lebih mendalam tentang ESS, gejala yang terkait, serta metode diagnosis dan pengobatan yang tersedia sangat penting untuk memastikan manajemen yang tepat dan peningkatan kualitas hidup bagi mereka yang terpengaruh oleh kondisi ini. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kondisi yang menunjukkan gejala Empty Sella Syndrome, konsultasikan dengan profesional medis untuk segera mendapatkan evaluasi dan penanganan yang lebih lanjut.
Artikel ditulis oleh dr. Astrid Ayodya Pattinama, Sp.N (Dokter Spesialis Neurologi / Saraf RS EMC Pekayon).