Maag vs GERD, Apa Perbedaan Keduanya? Kupas Tuntas Informasinya di Sini!

Maag dan GERD, dua kondisi serupa namun ternyata tak sama. Meskipun tak sama, penanganan yang asal-asalan dapat menyebabkan keduanya menjadi masalah yang cukup serius bagi kesehatan Anda.

Maag dan GERD adalah dua kondisi kesehatan yang berhubungan dengan masalah asam lambung. Gejalanya mirip, seperti nyeri di bagian atas perut, mual dan muntah, serta perut kembung. Namun, meskipun gejalanya hampir sama, keduanya merupakan kondisi medis yang berbeda. Mengetahui perbedaan antara keduanya penting untuk menentukan penanganan yang tepat dan menghindari komplikasi lebih lanjut.

Jadi, apa saja perbedaan antara maag dan GERD? Berikut informasi selengkapnya!

Apa Itu Maag dan GERD?

Sebelum mengenal lebih lanjut tentang perbedaan maag dan GERD, Anda perlu memahami terlebih dahulu pengertian dari kedua kondisi ini.

1. Maag

Maag, atau dalam istilah medis gastritis, merupakan sebuah kondisi di mana dinding asam lambung mengalami peradangan dari akibat adanya infeksi bakteri Helicobacter pylori. Kondisi seperti ini umumnya ditandai dengan rasa tidak nyaman di bagian perut. Perut seperti terasa penuh, terasa panas pada bagian atas, serta kembung. Keluhan sakit seperti ini bisa muncul selama makan, setelah makan, atau ketika terlambat makan.

2. GERD

GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah kondisi kronis di mana asam lambung naik dari perut ke kerongkongan terus-menerus sehingga menyebabkan iritasi. Hal ini terjadi karena katup atau sfingter yang terletak di bagian kerongkongan bawah melemah, sehingga tidak mampu menutup dan mencegah isi lambung kembali naik ke kerongkongan sebagaimana mestinya.

Baca Juga: Hati - Hati Sakit Perut !

Perbedaan Maag dan GERD

Sebelumnya, mungkin Anda pernah menganggap bahwa maag dan GERD adalah dua kondisi yang sama. Namun, ada beberapa faktor yang membedakan maag dan GERD yang bisa dilihat dari segi penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatannya.

1. Penyebab

Dari segi penyebab, maag bisa muncul jika seseorang terlambat makan, mengalami stres, mengonsumsi alkohol atau minuman berkafein tinggi (seperti kopi dan teh), merokok, menderita penyakit autoimun, mengonsumsi obat-obatan tertentu, atau terinfeksi bakteri. Faktor-faktor ini menyebabkan peradangan pada dinding lambung.

Di sisi lain, GERD disebabkan oleh naiknya asam lambung akibat melemahnya katup di bagian bawah kerongkongan, yang menyebabkan iritasi pada dinding esofagus. GERD dapat terjadi ketika seseorang makan terlalu banyak, berbaring setelah makan, mengonsumsi obat-obatan yang memiliki efek samping jantung berdebar, atau mengalami tekanan perut akibat hernia hiatal.

2. Gejala

Penderita maag sering merasakan ketidaknyamanan di area perut bagian atas. Gejala lain yang mungkin dirasakan meliputi:

  • Perut terasa kembung dan penuh meskipun baru makan sedikit saja.
  • Perasaan mual dan ingin muntah.
  • Mengalami rasa sakit di antara perut dan dada, atau nyeri ulu hati.
  • Lebih sering melakukan buang angin dan bersendawa.
  • Kurangnya keinginan untuk makan atau nafsu makan yang menurun.

Sedangkan, gejala GERD dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Rasa panas atau terbakar di daerah dada akibat asam lambung yang naik ke kerongkongan (heartburn).
  • Merasa ada yang mengganjal di tenggorokan, membuat proses menelan menjadi sulit dan tidak nyaman.
  • Mengalami regurgitasi, kembalinya makanan atau cairan asam lambung ke kerongkongan yang menyebabkan rasa asam atau pahit di mulut.
  • Nyeri ulu hati, sering kali lebih intens dibandingkan dengan maag.
  • Jantung berdebar lebih cepat atau tidak teratur, sering kali dipicu oleh naiknya asam lambung.
  • Sesak napas hingga batuk, hal ini terjadi karena saluran pernapasan mengalami iritasi akibat naiknya asam lambung.

 3. Pengobatan

Pada umumnya, maag adalah sebuah kondisi yang dapat membaik tentunya dengan didukung perubahan pola makan dan gaya hidup sehat. Untuk pengobatannya, dokter akan meresepkan obat-obatan atau antibiotik untuk mengatasi infeksi H. pylori. Sebaliknya, pengobatan GERD lebih fokus pada peningkatan fungsi katup bagian bawah kerongkongan atau sfingter esofagus.

Perubahan gaya hidup juga penting untuk mengelola maag dan GERD, termasuk menjaga berat badan ideal, menghindari makanan pedas dan asam, tidak berbaring segera setelah makan, serta menghindari merokok dan konsumsi alkohol.

Maag dan GERD memang merupakan masalah lambung yang mirip, namun keduanya adalah kondisi berbeda bila dilihat dari segi penyebab, gejala, dan pengobatannya. Maag lebih terkait dengan peradangan pada lambung, sedangkan GERD berhubungan dengan refluks asam lambung ke kerongkongan. Untuk memastikan kondisi yang dialami dan mendapatkan penanganan yang tepat, penting untuk berkonsultasi dengan dokter guna memperoleh diagnosis yang akurat serta penanganan yang sesuai. 

Artikel ditulis oleh Dr. dr. Nella Suhuyanly, Sp.PD - KGEH, FINASIM (Dokter Spesialis Penyakit Dalam - Konsultan Gastro Entero Hepatologi RS EMC Alam Sutera).