Mengalami nyeri pada perut kanan bawah jangan diabaikan dan sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Gejala ini bisa jadi disebabkan karena radang usus buntu. Radang usus buntu atau disebut juga dengan appendicitis merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang sering terjadi. Radang usus buntu terjadi karena peradangan dari bagian apendiks atau usus buntu dari usus besar. Bagian usus buntu memiliki panjang antara 5-35 cm, dengan rata-rata panjang 9 cm dan terletak di perut bagian kanan bawah. Fungsi dari usus buntu ini masih diperdebatkan, namun diketahui usus buntu memiliki sel-sel yang mendukung sistem imunitas tubuh.
Radang usus buntu banyak dialami oleh orang berusia 10-30 tahun meskipun hal ini dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan pertama dengan angka kejadian usus buntu tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sebanyak 24,9 kasus per 10.000 populasi, diikuti oleh Filipina dan Vietnam.
Penyebab dari radang usus buntu adalah adanya infeksi di rongga usus buntu. Akibatnya, bakteri berkembang dengan cepat sehingga terjadi peradangan, disusul pembengkakan dan adanya nanah. Beberapa faktor yang diduga menyebabkan peradangan usus buntu, antara lain :
- Sumbatan di pintu rongga usus buntu akibat adanya penumpukan tinja yangmengeras
- Penebalan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di saluran pencernaan, atau bisa jadi dari bagian tubuh lainnya.
- Penyumbatan akibat adanya pertumbuhan parasit seperti infeksi cacing kremi atau askariasis di pencernaan.
- Kondisi medis tertentu, seperti tumor rongga perut atau inflammatory bowel disease.
- Cedera atau trauma pada daerah perut.
Gejala dari usus buntu dapat dibagi menjadi gejala yang khas dan tidak khas.
Gejala-gejala yang khas pada usus buntu adalah :
- Nyeri pada perut kanan bawah atau sekitar pusar yang kemudian berpindah ke perut bagian bawah.
- Kehilangan nafsu makan
- Mual dan muntah segera setelah nyeri perut muncul
- Perut kembung
- Demam dan menggigil
- Sulit buang gas
Sedangkan gejala yang tidak khas namun tetap perlu diwaspadai adalah :
- Nyeri tumpul atau nyeri tajam di bagian mana saja di perut bagian bawah, bagian belakang, atau pada punggung.
- Nyeri atau kesulitan saat berkemih
- Kram perut hebat
- Konstipasi atau diare dan produksi gas berlebih.
Selain mengenali usus buntu dari gejala dan pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang juga mengambil peran dalam penegakan diagnosis usus buntu. Sejumlah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa darah untuk memeriksa jumlah sel darah putih sebagai penanda infeksi, tes urine untuk menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit lain seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal, dan tes kehamilan untuk memastikan nyeri bukan disebabkan oleh kehamilan ektopik. Pemerisksaan radiologi juga dilakukan seperti USG perut guna melihat gambaran organ dalam perut dan memeriksa aliran darah dalam perut, CT scan atau MRI juga dapat dilakukan untuk melihat organ dengan lebih jelas, terkadang juga akan dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk memastikan nyeri bukan disebabkan oleh radang paru sebelah kanan.
Setelah diagnosis usus buntu sudah ditegakkan, pasien harus segera menerima penanganan berupa obat-obatan, seperti antibiotik, dan penanganan berupa tindakan operasi bila diperlukan. Penanganan utama dari penyakit usus buntu adalah dengan operasi pengangkatan usus buntu. Ada dua cara dalam melakukan tindakan ini yaitu melalui laparaskopi atau operasi lubang kunci dan bedah terbuka atau laparatomi.
Operasi lubang kunci (laparaskopi) adalah membuat beberapa sayatan kecil dan melalui sayatan tersebut dokter akan memasukkan alat bedah untuk mengangkat usus buntu. Sedangkan laparatomi adalah dengan melakukan sayatan sepanjang 5-10 cm untuk mengangkat usus buntu. Peradangan usus buntu harus segera mendapat penanganan, jika tidak mendapat penanganan segera, ditakutkan usus buntu yang sudah meradang dan bengkak akan pecah, sehingga bakteri yang berkoloni akan menyebar dan menginfeksi rongga perut dan menyebabkan radang selaput perut yang disebut sebagai peritonitis.
Beberapa pencegahan dapat diupayakan untuk menghindari peradangan pada usus buntu, seperti banyak minum air putih dan perbanyak makanan berserat, menjaga pola hidup sehat, serta melakukan check up rutin agar dapat mendeteksi penyakit lebih dini.
Jika anda mengalami tanda dan gejala seperti yang dijelaskan diatas, segera berkonsultasilah dengan dokter anda guna mendapat penanganan yang tepat.
Artikel ditulis oleh dr. Irawan Sukarno, Sp. B (Spesialis Bedah Umum RS EMC Cikarang).