Mengenal Gejala Stunting dan Cara Mencegahnya

Stunting merupakan sebuah kondisi di mana seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan yang menyebabkan panjang atau tinggi badannya tidak tumbuh sesuai potensial yang dia miliki. Oleh karena itu, anak yang stunting memiliki tubuh yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Secara umum, stunting disebabkan oleh ketidakcukupan pemenuhan nutrisi. Kondisi ini dapat dimulai bahkan ketika janin masih berada di dalam kandungan hingga berlanjut setelah bayi lahir, terutama dalam 2 tahun pertama kehidupan. Penyebabnya antara lain adalah kondisi sosioekonomi keluarga, cara pemberian makan yang salah (inappropriate feeding practice), dan apabila anak terkena menderita infeksi atau penyakit kronik.

Proses ini yang menyebabkan stunting berbeda dengan anak yang berperawakan pendek (stunted). Seorang anak dikatakan berperawakan pendek apabila tinggi badan berdasarkan usianya berada di bawah Z-score -2 berdasarkan grafik pertumbuhan anak WHO. Kondisi stunted bisa disebabkan oleh faktor genetik dan keluarga, misalnya apabila kedua orangtua juga berperawakan pendek.

Bagaimana tanda dan gejala stunting pada anak?

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, seorang anak dapat dikatakan stunting ketika sudah melakukan pengukuran panjang/tinggi badan, kemudian dibandingkan dengan standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia dari WHO, dan hasil pengukuran berada di bawah standar. Sehingga, stunting tidak dapat dilihat hanya berdasarkan perasaan atau kira-kira tanpa adanya pengukuran yang pasti. Selain panjang/tinggi badan, pengukuran berat badan juga penting untuk menentukan perawakan pendek diakibatkan karena masalah gizi atau tidak.

Terdapat beberapa tanda dan gejala yang membedakan anak yang mengalami stunting, di antaranya:

  • Memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak seusianya
  • Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun
  • Mengalami perkembangan yang terlambat sesuai anak seusianya
  • Anak menjadi lebih rentan terserang berbagai penyakit infeksi
  • Memiliki gangguan kecerdasan di kemudian hari

Anda dapat mengetahui apakah tinggi anak normal atau tidak dengan memeriksakan kondisi anak secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat seperti dokter, bidan, posyandu, maupun puskesmas. 

Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting?

Kasus stunting di Indonesia merupakan masalah yang tidak hanya disebabkan oleh masalah gizi semata, namun juga mencerminkan tingkat sosioekonomi suatu negara. Penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan memiliki anak yang stunting. Sebaliknya, anak yang stunting nantinya berpotensi mengalami masalah dalam belajar dan nantinya saat dewasa akan memiliki tingkat penghasilan yang lebih rendah. Data yang dimiliki oleh Pemantauan Status Gizi (PSG) dari Kemenkes RI yang menunjukkan bahwa jumlah anak pendek di Indonesia dapat dibilang cukup tinggi. Oleh karena itu, penanganan stunting pada anak merupakan tugas bersama dari tingkat pemerintah, masyarakat, maupun keluarga.

Di tingkat keluarga terdapat beberapa cara mencegah stunting, di antaranya:

Untuk ibu hamil dan bersalin

  • Penyediaan makanan dengan tinggi protein untuk ibu hamil
  • Pemeriksaan kehamilan/antenatal care secara rutin dan berkala
  • Pencegahan dan penanganan anemia (kurang darah) pada ibu hamil
  • Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat seperti dokter, bidan, maupun puskesmas

Untuk balita

  • Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh
  • Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat untuk bayi
  • Rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan balita dengan menggunakan buku KIA atau kurva pertumbuhan
  • Melakukan deteksi penyakit menular dan tidak menular sejak dini
  • Melakukan imunisasi lengkap
  • Melakukan stimulasi dini perkembangan anak
  • Menyediakan air minum bersih dan sanitasi yang layak
  • Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal bila anak sakit

Untuk anak dan remaja

  • Membiasakan anak untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba
  • Memberikan pola gizi yang seimbang
  • Melakukan imunisasi lanjutan saat usia sekolah
  • Mengajarkan anak mengenai kesehatan reproduksi

Untuk dewasa muda

  • Melakukan deteksi dini terkait penyakit menular dan tidak menular
  • Bagi yang sudah berkeluarga, mempersiapkan kehamilan secara terencana (keluarga berencana/KB)

Itulah beberapa gejala dan cara mencegah stunting pada anak yang dapat dilakukan. Jika Anda merasakan anak Anda atau orang terdekat Anda mengalami stunting, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat agar dapat dikonsultasikan.

Artikel ditulis oleh dr. Himawan Aulia Rahman, Sp.A (Spesialis Anak RS EMC Tangerang).