Apakah itu disfungsi ereksi?
Disfungsi ereksi atau impotensi adalah sebuah kondisi medis dimana penderita kehilangan kemampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk hubungan seksual yang memuaskan. Prevalensi disfungsi ereksi di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai sekitar 35.6% dan cenderung bertambah tinggi seiring dengan bertambahnya usia. Gangguan disfungsi ereksi pada masyarakat luas sering dianggap sebagai sebuah hal yang tabu sehingga banyak pasien dengan keluhan tersebut merasa malu untuk berkonsultasi langsung dengan dokter. Perlu diperhatikan bahwa disfungsi ereksi bisa berhubungan dengan kondisi medis lain seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, penyakit jantung, gangguan hormon ,stress dan depresi. Gangguan disfungsi ereksi yang disertai dengan komorbid apabila tidak diperiksakan dan ditangani dengan baik dapat berdampak buruk pada Kesehatan mental dan jasmani pasien yang juga bisa menurunkan kualitas hidup.
Apakah penyebab disfungsi ereksi?
Penyebab disfungsi ereksi adalah multifactorial mulai dari faktor psikologis, gangguan hormon reproduksi pria sampai penyakit komorbid seperti diabetes mellitus, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penyakit komorbid yang disebut diatas dapat menyebabkan gangguan fungsi endotel pembuluh darah pada penis yang dimana endotel berperan penting dalam proses terjadinya ereksi. Selain itu, beberapa obat-obatan golongan antidepresan, psikotropika dan obat kanker prostat pun dapat meningkatkan resiko terjadinya disfungsi ereksi pada pasien yang rutin mengkonsumsi obat tersebut. Pada beberapa kasus, disfungsi ereksi juga seringkali ditemukan pada pasien dengan riwayat cedera tulang belakang, tulang panggul dan cedera langsung pada organ vital pria.
Bagaimanakah penanganan disfungsi ereksi terkini?
Penanganan disfungsi ereksi harus menggunakan sebuah pendekatan yang komprehensif. Apabila gangguan fungsi ereksi disertai dengan riwayat diabetes mellitus, hipertensi atau hiperkolesterolemia maka dokter urologi yang menangani harus bekerja sama dengan ahli spesialis penyakit dalam untuk menangani penyakit komorbid yang diderita oleh pasien. Pada kasus dimana gangguan fungsi ereksi kemungkinan dipengaruhi oleh stress, anxietas, depresi atau masalah interpersonal dalam hubungan suami istri atau masalah dalam pekerjaan, maka pemberian psikoterapi oleh ahli spesialis Kesehatan jiwa menjadi komponen penting dalam tatalaksana disfungsi ereksi.
Pada umumnya, ahli spesialis urologi akan menyarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup sehat seperti berolahraga rutin minimal 30 menit 3 kali seminggu dan menyarankan untuk menurunkan berat badan apabila berat badan pasien berlebih. Kadang konsultasi langsung dengan ahli spesialis Gizi Klinik juga akan dianjurkan untuk membantu membuatkan rencana diet makanan yang sehat yang dapat dikonsumsi oleh pasien di rumah. Kebiasaan merokok atau minum-minuman beralkohol juga disarankan untuk dihentikan.
Tatalaksana medikamentosa meliputi pemberian obat minum, obat-obatan injeksi intracavernosa yang obatnya disuntikkan secara langsung ke organ vital, obat krim penambah ereksi yang dimasukkan ke dalam organ vital secara langsung dan juga pemberian terapi hormone testosterone pada kasus dimana ada penurunan hormone testosterone dalam tubuh. Tatalaksana medikamentosa untuk disfungsi ereksi mempunyai efektifitas yang baik dalam meningkatkan fungsi ereksi, namun obat-obat tersebut harus dikonsumsi secara rutin atau on-demand untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Sampai saat ini belum ada obat minum atau obat-obat lainnya yang dapat memberikan efek peningkatan aliran pembuluh darah ke organ vital secara permanen sampai adanya penggunaan teknologi Li-ESWT.
Beberapa studi telah menemukan bahwa pemberian terapi gelombang kejut dengan intensitas rendah (Li-ESWT) pada organ vital pria seminggu sekali selama 6 minggu dapat mensinyalir pembentukan pembuluh darah baru (Neoangiogenesis) pada jaringan erektil organ vital yang diikuti oleh peningkatan aliran darah ke organ vital. Hal ini dapat membantu untuk meningkatkan fungsi ereksi sehingga pasien mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk hubungan seksual yang memuaskan. Pemberian gelombang kejut sebanyak satu minggu sekali selama 6 minggu diketahui dapat meningkatkan kekerasan fungsi ereksi organ vital dan efek yang ditimbulkan bertahan lama.
Artikel ditulis oleh dr. Isaac Ardianson Deswanto, Sp.U (Dokter Spesialis Urologi RS EMC Tangerang).