Mengapa perlu mendengarkan anak? Bukankah anak yang perlu mendengarkan? Setiap individu memiliki kebutuhan untuk didengarkan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Jika pada anak kebutuhan untuk mendengarkan ini tidak terpenuhi, apa yang akan terjadi? Apakah hal ini akan mempengaruhi perkembangan psikologisnya ketika ia beranjak dewasa?
Coba bayangkan, ketika anak sedang menceritakan pengalaman di hari pertama sekolahnya. Situasi seperti apa yang seringkali terjadi? Mendengarkan anak sambil lalu dengan melakukan kegiatan lainnya? Mendengarkan dan menyimak cerita anak sampai dengan selesai? Mendengar sebentar lalu mulai menasihatinya?
Perkembangan psikologis pada individu dewasa terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa kecilnya. Individu dewasa yang memiliki pengalaman didengarkan akan tumbuh menjadi karakter yang berbeda dengan individu yang memiliki pengalaman tidak didengarkan. Pembentukan karakter yang paling menonjol dari mendengarkan anak adalah berkembangnya konsep diri yang positif pada anak. Konsep diri disini adalah gambaran anak terhadap dirinya sendiri, yaitu bagaimana ia memandang, menilai dan menerima dirinya sendiri. Dengan demikian dengan konsep diri yang positif, anak akan beranjak dewasa dengan memiliki keyakinan pada kemampuan dirinya dalam melakukan suatu hal untuk mencapai tujuan dan mengembangkan dirinya. Pembentukan karakter melalaui kegiatan mendengarkan ini menjadi penting, khususnya untuk anak.
Beberapa manfaat mendengarkan anak, adalah sebagai berikut:
- Ketika mendengarkan anak, maka akan mudah untuk dapat memahami sudut pandang anak dan perasaan-perasaannya, seperti kesenangannya, ketakutan dan kekhawatirannya.
- Saat mendengarkan anak, maka anak juga dapat belajar bagaimana membangun relasi dan komunikasi yang saling menghormati dan menghargai.
- Dengan mendengarkan anak, prioritas anak serta bakat minatnya lebih mudah dipahami. Selain itu juga memudahkan dalam memberikan akses yang tepat pada anak, untuk dapat lebih tumbuh dan berkembang secara terbuka.
- Mendengarkan juga dapat membantu anak untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidance) dan perasaan berharga (self esttem) dalam diri mereka. Ketika didengarkan anak-anak merasa pandangan mereka dihormati dan dihargai oleh orang dewasa. Selain itu anak-anak juga dapat belajar dan berlatih mengkomunikasikan ide atau pandangan mereka dengan pengalaman yang terbatas.
- Ketika rasa percaya diri pada anak terbangun karena didengarkan, maka anak akan lebih mudah untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan baru, seperti ketrampilan social dan ketrampilan untuk merefleksikan pengalaman mereka serta umtuk mengeksplorasi diri dengan mengkomunikasikannya dengan cara dan sudut pandang mereka.
Apa saja yang perlu dilakukan untuk dapat mendengarkan anak?
Sebelum berlatih untuk mendengarkan, perlu diketahui dan dipahami apakah mendengarkan itu? Kata “mendengar” memiliki arti yang berbeda dengan kata “mendengarkan”. Berdasarkan KBBI, “mendengar” adalah terjadinya aktivitas sensori, yaitu menangkap suara. Saat menangkap suara masuk ke dalam telinga dan dapat merasakan adanya suara, terjadi aktivitas pasif atau tidak melakukan tindakan. Dengan demikian tidak diperlukan upaya nyata untuk dapat mendengar. Sementara itu kata “mendengarkan” memiliki arti memperhatikan suara. Hal ini membuat kata “mendengarkan” merupakan tindakan yang aktif, karena memberi perhatian pada suaranya, baik intonasi maupun isi dari suara tersebut. Selain itu dalam mendengarkan juga ada usaha untuk berkonsentrasi dan memahami apa yang sedang dengarkan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dimungkinkan untuk mendengar tanpa mendengarkan, tetapi tidak mungkin untuk mendengarkan tanpa mendengar.
Menjadi pendengar yang baik bukan sesuatu yang mudah, dibutuhkan keterampilan dan sikap yang perlu dilatih terus menerus. Beberapa sikap dan keterampilan yang perlu dilatih untuk dapat mendengarkan dengan baik, terutama mendengarkan pada anak?
- Berlatih untuk bersikap empati dengan menempatkan diri untuk menjadi bagian dari kehidupan anak sehari-hari, sehingga dapat mendengarkan secara spesifik pengalaman anak dan mencari tahu tentang pemikiran dan perasaan mereka terkait pengalamannya tersebut.
- Menunjukkan sikap menghormati dan menghargai ketika sedang mendengarkan anak. Salah satunya adalah dengan memberikan waktu bergantian kepada anak untuk bicara, dan hindari menghakimi pengalaman atau pendapat anak.
- Mencoba untuk lebih peka terhadap emosi dan perasaan yang ditampilkan oleh anak, dengan menunjukkan sikap terbuka dan mau memahami sudut pandang anak yang berbeda.
- Menampilkan sikap jujur dalam mengkomunikasikan sikap, reaksi dan umpan balik terhadap pengalaman anak, dengan tetap perlu menyesuaikan cara komunikasi dengan tingkatan usia anak.
- Menunjukkan sikap sabar dan peka terhadap waktu yang tepat, karena untuk mendengarkan dibutuhkan waktu yang tidak sebentar dan kesiapan diri untuk sadar penuh hadir utuh, sehingga dalam mendengarkan dapat merasa nyaman dan dapat menyampaikan umpan balik sesuai dengan pola komunikasi anak
Artikel ditulis oleh Ibu Melvi Rosilawati, M. Psi, Psikolog RS EMC Sentul.