Epilepsi mungkin salah satu penyakit yang sudah tak asing di telinga Anda. Penyakit epilepsi ini merupakan kondisi neurologis yang memengaruhi sistem saraf pusat dan pada umumnya terjadi dalam jangka waktu yang lama. Biasanya, penyakit saraf ini ditandai dengan gejala kejang-kejang, jatuh, atau pingsan secara berulang walaupun sebelumnya penderita merasa baik-baik saja. Selain itu, ada gangguan lainnya yang juga merupakan tanda-tanda penyakit epilepsi, seperti gangguan kemampuan visual, gangguan sensorik dan motorik, serta kesulitan bernapas saat serangan penyakit tersebut berlangsung. Mengapa kondisi tersebut bisa terjadi dan apakah penyebabnya?
Penyakit epilepsi terjadi dikarenakan adanya aktivitas listrik di otak yang terganggu. Selain faktor genetik, gangguan pada otak tersebut juga biasanya dipicu oleh trauma atau cedera pada otak yang terjadi akibat kerusakan otak saat lahir atau akibat kecelakaan sewaktu dewasa. Kemudian, bagi yang pernah terkena tumor otak atau infeksi otak, seperti meningitis, encephalitis dan stroke, maka risiko terkena penyakit epilepsi pun menjadi lebih tinggi.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu kejang-kejang pada penderita epilepsi, yaitu kurang tidur, konsumsi alkohol berlebihan serta penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Maka sebaiknya gaya hidup tersebut sebisa mungkin dihindari oleh penderita epilepsi.
Untuk mencegah dan menangani penyakit epilepsi, penderita epilepsi dapat melakukan gaya hidup yang lebih sehat, seperti menghindari stres, tidur yang cukup, dan minum obat antiepilepsi sesuai resep yang dianjurkan oleh dokter. Apabila cara-cara tersebut masih tidak bisa mencegah dan mengendalikan penyakit epilepsi yang diderita, sebaiknya atasi dengan melakukan pembedahan untuk memblokir jalur saraf otak yang menyebabkan kejang.
Mungkin pembedahan masih dianggap terlalu ekstrem dan menakutkan untuk dilakukan. Padahal, penanganan melalui operasi ternyata lebih efektif dan menjamin kesembuhan dalam jangka panjang. Apalagi, kini telah ada teknik bedah minimal invasif atau minimal invasive surgery untuk penanganan epilepsi yang lebih aman dengan masa pemulihan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan bedah konvensional.
Keuntungan dari teknik bedah minimal invasif ini adalah minim risiko dan komplikasi karena memanfaatkan teknologi canggih sehingga proses pembedahan menjadi lebih mudah dan singkat. Selain itu, teknik bedah minimal invasif juga mampu meminimalkan sayatan sehingga bagian dalam otak Anda pun jadi lebih terlindungi dan waktu pemulihannya lebih cepat. Kemudian, rasa nyeri dan infeksi pun akan lebih minim terjadi.
Sebelum melakukan operasi, Anda terlebih dahulu akan dibius lokal, lalu dokter bedah akan melihat area otak Anda dengan menggunakan alat khusus yang canggih untuk mengetahui letak masalahnya. Tidak semua pasien akan mengalami prosedur operasi epilepsi yang sama karena dokter akan memerhatikan tingkat seberapa parah kejang yang dialami, serta di mana letak penyebab kejang itu sendiri. Ketika masalah pada otak penderita epilepsi sudah ditemukan, maka jalur saraf pada otak tersebut akan diblokir.
Dalam bedah minimal invasif, terdapat tiga jenis operasi yang dilakukan untuk menangani penyakit epilepsi, yaitu:
- Resective Surgery
Jenis operasi ini paling sering dilakukan untuk mengendalikan kejang epilepsi. Operasi ini dilakukan dengan cara mengangkat sedikit area otak yang menjadi pemicu kejang bagi penderita epilepsi.
- Corpus Callosotomy
Operasi corpus callosotomy lebih sering dilakukan pada anak-anak yang mengalami kejang parah untuk membantu mengurangi gejala-gejala epilepsi. Prosedur operasi ini biasanya dilakukan dengan memotong jaringan saraf yang menghubungkan belahan otak kanan dan kiri karena jaringan tersebut dapat menjadi penyebab kejang bagi penderita epilepsi.
- Hemispherectomy
Operasi ini sama seperti cospus callosotomy, di mana prosedurnya lebih sering dilakukan pada anak-anak yang mengalami kejang akibat kerusakan pada salah satu belahan otak, baik itu sisi kiri atau kanan. Namun, hemispherectomy ini dilakukan dengan mengangkat lapisan luar pada separuh bagian otak penderita epilepsi.
Jadi, itulah cara-cara yang dilakukan untuk menangani epilepsi melalui bedah minimal invasif. Jangan lupa, sebelum memutuskan untuk operasi sebaiknya lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter bedah Anda dan ubah gaya hidup Anda menjadi lebih sehat setelah menjalani operasi agar gejala epilepsi tidak muncul kembali. #LiveExcellently