Penyakit Jantung dan Stroke Berkaitan? Cek Fakta Berikut ini!

Penyakit jantung dan stroke adalah dua penyakit yang berbeda, meskipun begitu ada penyakit jantung yang berisiko menimbulkan stroke yaitu yang berkaitan dengan pembuluh darah. Stroke terbagi menjadi dua: Pertama, stroke pendarahan karena pembuluh darah pecah akibat hipertensi. Kedua, stroke sumbatan. Yang mekanismenya yaitu terjadi penyumbatan dari penebalan dinding pembuluh darah atau plak yang pindah dari jantung ke pembuluh darah di otak (disebut emboli).

Terkena penyakit jantung apakah pasti akan mengalami stroke?

Tidak semua orang yang sakit jantung pasti akan mengalami stroke, tapi terkadang orang yang sakit jantung kemungkinan besar terkena stroke. Penyakit jantung yang sering menyebabkan stroke biasanya dipicu gangguan irama jantung (aritmia), demikian penuturan dr. Daniel T. Suryadisastra, SpS - Dokter Spesialis Saraf dari RS EMC Alam Sutera.

“Penyakit jantung yang rentan memicu stroke adalah gangguan irama jantung di mana terjadi gangguan akibat katup (jantung) tidak menutup secara tepat sehingga menimbulkan sumbatan. Namun pada orang lanjut usia dengan adanya penyakit jantung kecenderungan menjadi stroke lebih tinggi,” jelasnya.

Gejala dan penanganan pertama pada pasien stroke

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah stroke pasca pemasangan ring atau serangan jantung. Kemungkinannya lebih tinggi karena biasanya terjadi emboli kecil-kecil yang lepas ke otak.

Untuk mengenali gejala stroke, Anda bisa mengacu pada istilah metode FAST (Face, Arms, Speech dan Time).

Periksa apakah wajah simetris atau tidak, apakah lengan tiba-tiba lemas dan lumpuh, atau bicaranya pelo. Jika menunjukkan gejala tersebut, secepat mungkin bawa ke rumah sakit.

Tak perlu langsung panik ketika ada anggota keluarga atau teman yang mengalami serangan stroke. Sebab, ada golden period atau waktu emas penanganan stroke yaitu dalam waktu 3-4 jam pertama setelah terjadi serangan.

Jika kondisi tidak memungkinkan untuk diantar langsung ke rumah sakit, sambil menunggu ambulans datang, segera baringkan pasien dengan posisi kepala lebih tinggi (sekitar 30 derajat). Gunanya agar aliran darah lancar, napasnya teratur, dan pasien lebih tenang.

Dr. Daniel sangat tidak menyarankan untuk menusuk jari penderita stroke memakai jarum dengan tujuan untuk mengencerkan darah. “Jangan pula memberikan obat pengencer darah tanpa pengawasan dokter,” jelasnya.

Agar penyakit jantung tidak lantas berakhir menjadi stroke, pasien harus selalu diedukasi mengenai faktor risikonya. Pertama, harus disiplin mengonsumsi obat-obatan yang diberikan untuk penyakit jantungnya. Kedua, harus menjaga gaya hidup agar tidak memicu hipertensi, obesitas, diabetes, kolesterol, merokok, dan stres. Usahakan agar lebih peka pada gejala awal seperti kesemutan (walaupun kesemutan tidak selalu berarti gejala stroke), penglihatan terganggu, sakit kepala hebat, tangan atau mulut terasa kebas. 

Contoh kasus: Pasien stroke termuda

Pasien stroke dengan usia termuda yang pernah ditangani dr. Daniel T. Suryadisastra, SpS, adalah anak usia 3 tahun. Kasus seperti ini memang jarang terjadi, di mana pasien cilik ini memiliki kelainan pembuluh darah sehingga menyebabkan penyumbatan otak dan kelumpuhan. Namun karena masih di usia kanak-kanak, sel-sel otak pasien ini masih mengalami regenerasi bahkan sel-sel yang baru masih akan tumbuh dan berkembang. Kelumpuhan berhasil diatasi, dan melalui fisioterapi kini si pasien sudah bisa berjalan dan sekolah lagi

Setelah mengenal faktor risiko serta bahaya yang ditimbulkan, menjaga gaya hidup sehat, rutin olahraga, menghindari stress, dan rokok akan membantu mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan stroke.

Artikel ditulis oleh dr. Daniel T. Suryadisastra, Sp.S (Dokter Spesialis Saraf di RS EMC Alam Sutera).