Saat melakukan aktivitas sehari-hari, terutama aktivitas berat atau berolahraga dengan kategori high impact, tanpa disadari lutut menerima beban dari tubuh lebih dari yang biasanya dan hal ini dapat berisiko pada cederanya bantalan sendi lutut atau yang disebut meniskus. Perlu diwaspadai karena 50% dari cedera lutut merupakan robekan Meniskus (Sports Medicine. Mark D Miller, Jon K Sekiya).
Meniskus adalah bantalan sendi lutut yang berbentuk bulan sabit atau menyerupai huruf C kecil yang melekat pada bagian atas tulang kering. Meniskus memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat tulang kering menerima beban dan juga menjadi pelumas untuk melindungi tulang paha dan tulang kering agar tidak saling bergesekan saat sendi lutut bergerak.
Meniskus dikatakan cedera saat mengalami luka atau robek yang menimbulkan rasa sakit dan bengkak pada lutut. Umumnya dialami seorang atlet yang sedang berkompetisi, namun dapat juga dialami oleh non atlet yang berusia di atas 40 tahun karena proses degeneratif fungsi Meniskus. Ratio cedera Meniskus antara pria dengan wanita adalah 3:1 yang mana pria lebih berisiko mengalami robekan pada Meniskusnya. Cedera Meniskus ini juga dapat terjadi bersamaan dengan cedera lutut lainnya, bahkan satu per tiga dari cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament) disertai dengan cedera Meniskus.
Seseorang dikatakan cedera Meniskus saat lututnya terlihat bengkak dan nyeri pada bagian yang cedera baik sisi medial maupun sisi lateral, lututnya kaku terkunci sehingga tidak dapat digerakkan, posisi sendi lutut tidak presisi seperti bergerak maju mundur saat beraktivitas, gerakan lutut saat menekuk dan lurus kurang sempurna, merasa nyeri saat melakukan posisi squat, dan nyeri saat ditekan bagian medial/lateral lututnya.
Berikut contoh gambar berbagai tipe robekan pada bantalan sendi lutut
Terdapat dua metode penanganan bagi seseorang yang mengalami cedera Meniskus, yaitu:
Metode Penanganan Mandiri.
Cedera Meniskus ringan dapat ditangani secara mandiri dengan Metode R.I.C.E :
- Rest (Istirahat). Istirahatkan lutut. Aktivitas ringan dapat dibantu dengan menggunakan kruk untuk mengatasi nyeri.
- Ice (Es). Gunakan es untuk mengompres area yang cedera selama 15-20 menit setiap 2 jam sekali selama 3 hari atau sampai bengkak hilang.
- Compression (Tekanan). Gunakan elastic bandage untuk membebat lutut yang cedera. Tekanan dari pembebatan sekeliling lutut dapat mengurangi bengkak.
- Elevation (Peninggian). Angkat kaki lebih tinggi dan berikan bantal untuk mengganjal saat sedang duduk ataupun berbaring. Posisi ini dapat mengurangi pembengkakan.
Metode Penanganan Medis.
Jika metode penanganan mandiri telah dilakukan namun nyeri dan bengkak tak kunjung hilang, maka segera periksakan lutut anda ke Dokter Spesialis Ortopedi. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI dan/atau Arthroskopi guna memastikan lokasi dan ukuran robekan bantalan sendi lutut. Pada saat tindakan Arthroskopi, pasien dengan anestesi spinal dapat melihat robekan Meniskus melalui monitor.
Manfaat tindakan Arthroskopi selain untuk memastikan area robekan, dapat juga memperbaiki bantalan sendi lutut (Meniscal Repair) dan juga membuang bantalan sendi lutut (Meniscektomy) yang telah rusak.
Setelah tindakan Arthroskopi, Dokter akan melanjutkan pengobatan dengan rehabilitasi medis guna mengembalikan performa lutut agar dapat beraktivitas dengan baik seperti sedia kala. Lama proses rehabilitasi ditentukan dari jenis tindakan yang telah dilakukan dan kondisi fisik seseorang.
Jika anda memiliki keluhan nyeri lutut pasca beraktivitas berat namun masih ragu apakah dikarenakan cedera Meniskus, segera konsultasikan pada Tim Dokter Sport Clinic RS EMC Sentul.
Artikel ditulis oleh dr. Andi Nusawarta, Sp.OT (K) Sport (Dokter Spesialis Bedah Tulang dan Sendi Konsultan Cedera Olahraga dan Arthroskopi RS EMC Sentul).