Sulitkah Ibu Menyusui?

Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan sejak dini membuat kalangan menengah perkotaan kembali melirik menyusui sebagai sumber nutrisi yang terbaik untuk bayi. Kesadaran beragama dan menjaga lingkungan hidup juga turut berperan serta. Selain itu menyusui juga sudah diserukan secara luas oleh badan kesehatan dunia. WHO menetapkan standar emas makanan bagi bayi dan anak kecil adalah menyusui : menyusui yang dimulai segera setelah lahir, ASI saja hingga 6 bulan, dan tetap melanjutkan menyusui setelah 6 bulan hingga setidaknya 2 tahun didampingi makanan bergizi lainnya (MPASI).

Tentunya semua ibu menginginkan yang tebaik untuk anaknya, sehingga tak heran jika berbagai survei mengatakan hampir semua ibu ingin menyusui bayinya. Akan tetapi riset kesehatan menunjukkan angka yang masih jauh dari harapan. Data SDKI 2017 menunjukkan bahwa bayi berusia 4-5 bulan yang masih disusui eksklusif hanya 38% saja, padahal hampir semua ibu ingin menyusui dan secara fisik mampu menyusui.

Mengapa banyak ibu tidak berhasil menyusui secara eksklusif? Sulitkah menyusui itu?

Sebelumnya mari ingat kembali mengapa seorang ibu sangat disarankan untuk menyusui. Sedemikian pentingnya hingga badan kesehatan dunia pun mengeluarkan “fatwa”-nya. Menyusui dapat mencegah kematian ibu dan bayi, mencegah berbagai penyakit baik akut maupun kronis untuk ibu maupun bayi, sejak bayi lahir hingga usia dewasanya. Anak yang disusui pun memiliki kesehatan mental yang lebih baik daripada yang tidak. Karena itulah maka menyusui sangat direkomendasikan dan menjadi layak untuk diperjuangkan.

Ada banyak alasan mengapa seorang ibu berhenti menyusui atau mulai memberi bayi tambahan susu formula sebelum berusia 6 bulan, ini beberapa di antaranya:

1. Merasa ASI tidak cukup

Ini adalah alasan utama yang membuat ibu mulai mempertimbangkan pemberian susu formula. Menyusui di hari-hari terutama bisa menjadi sangat menantang karena di hari-hari pertama ini kita biasanya sangat khawatir jika bayi kekurangan cairan, kuning, atau kekurangan glukosa. Memahami seberapa besar sebenarnya kebutuhan bayi di hari-hari pertama, juga mengetahui prinsip produksi ASI, akan sangat memudahkan kita untuk menyusui dengan tenang.

Sejak masa kehamilan tubuh kita telah memproduksi ASI sehingga setelah melahirkan badan kita telah siap dengan ASI-nya. Tersedia dalam bentuk yang biasa disebut kolostrum, yaitu cairan bening kental yang jumlahnya hanya sekitar 2-20 ml di pertama hingga hari ke-3. Meski hanya sedikit perannya sangat penting bagi bayi yang baru saja terpapar dunia luar  yang penuh kuman penyakit. Kolostrum ini juga sangat mudah dicerna bayi yang baru lahir dan ususnya belum sepenuhnya matang.

Hisapan bayi adalah faktor yang paling penting dalam produksi ASI. Jika kita ingin asi banyak keluar maka kita harus mengijinkan bayi untuk menyusu kapan saja dia mau. Hisapan bayi akan merangsang keluarnya hormon-hormon yang bertanggung jawab untuk produksi dan keluarnya ASI dari payudara.

Selain itu yang juga penting adalah cara menyusui. Kita perlu memastikan bayi sudah mendapatkan ASI yang dia butuhkan, dan bukan hanya mengempeng dan tidak mendapatkan apa-apa. Payudara yang masuk cukup dalam ke mulut bayi akan memudahkan terjadinya transfer ASI dari payudara ke mulut bayi. Jika bayi hanya menyusu di puting ia tidak akan mendapatkan asi yang dibutuhkannya. Jika hal ini terjadi maka bayi akan menjadi rewel, tidak berhenti-berhenti menyusu, juga bisa jatuh ke keadaan kuning. Dan karena payudara tidak dikosongkan dengan baik, payudara akan mengurangi produksinya untuk menjaga kesehatan payudara itu sendiri agar tidak menjadi bengkak berkepanjangan, sehingga lama-lama produksi ASI menjadi sedikit.

 2. Tangisan bayi

Tangisan bayi juga adalah salah satu hal yang dapat membuat ibu goyah hatinya dan tergoda untuk mulai memberikan pengganti ASI. Perlu kita sadari bahwa tangisan adalah satu-satunya cara bayi berkomunikasi saat belum bisa bicara. Jika bayi tidak nyaman, kedinginan,  letih, bayi juga akan menangis. Tak semua tangisan bayi adalah tanda bahwa asi kita tidak cukup atau asi kita buruk. Di usia dua minggu adalah fase normal seorang bayi akan lebih sering menangis dari biasanya. Hal ini belum tentu berarti produksi ASI kita telah berkurang. Biasanya tangisan bayi akan berkurang di bulan ketiganya.

Adalah sangat penting kita mengetahui tanda-tanda bayi mendapat cukup ASI agar kita tepat menilai perilaku bayi. Bayi yang mendapat cukup ASI akan buang air kecil sekurang-kurangnya 6 kali sehari semalam, dan kenaikan beratnya akan sesuai dengan apa yang distandarkan di KMS (kartu menuju sehat). Dengan memahami ini maka kita akan terhindar dari penambahan pengganti ASI yang tidak perlu.

3. Kurang pengetahuan dan tidak mendapat cukup bantuan saat baru saja melahirkan dan di waktu-waktu selanjutnya

Menyusui itu tidak selalu mudah, kebanyakan ibu akan mendapat sedikit tantangan di minggu-minggu pertama. Bantuan dari tenaga profesional akan membantu hal tersebut, untuk membantu ibu mencari posisi yang nyaman, untuk memastikan apakah bayi sudah dapat menyusu secara efektif, sampai mendeteksi jika ada hal medis yang mengganggu proses menyusui. Tak hanya berhenti di minggu pertama, untuk minggu-minggu dan bulan-bulan selanjutnya ada banyak informasi yang ayah dan ibu perlu ketahui untuk tidak menghentikan atau mengurangi menyusui untuk alasan yang tidak tepat.

Karena menyusui optimal adalah proses yang cukup panjang dan berkesinambungan, maka WHO menyarankan 7 kontak dengan konselor menyusui: 1. Usia kehamilan 28 minggu, 2. Usia kehamilan 36 minggu, 3. Saat baru saja melahirkan (saat inisiasi menyusu dini), 4. Selama masih dirawat, 5. Nifas hari ke-7, 6. Nifas hari ke-14, 7. Nifas hari ke-39, dan selanjutnya jika ibu memerlukan informasi lain.

Demikian sebagian kecil faktor-faktor yang mempengaruhi menyusui. Masih ada lainnya seperti sakit, lecet, bengkak, tekanan keluarga dan berbagai dinamika lainnya. Tentunya ada juga solusinya. Jadi... sulitkah menyusui itu? Mungkin tidak perlu dicari jawabannya, anggap saja sebagai petualangan yang penuh tantangan, seru, tapi menyenangkan dan berbuah manis di akhirnya.