Penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang mengalirkan darah untuk organ jantung, atau biasa dikenal dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada umumnya terjadi pada pasien berusia di atas 40 tahun. Namun, individu dengan usia yang lebih muda juga memiliki risiko untuk mengalami penyakit tersebut. Kategori pasien PJK dengan usia muda berdasarkan penelitian adalah di bawah batas usia 40 -45 tahun. Diketahui tingkat kejadian PJK pada usia muda adalah 13 orang per 1.000 penduduk bagi pria, dan 5 orang per 1.000 penduduk bagi wanita. Meskipun PJK pada usia muda jarang terjadi, namun hal ini merupakan masalah yang penting, karena penyakit ini dapat berdampak buruk pada gaya hidup kalangan usia muda yang cenderung lebih aktif.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami PJK pada usia muda, di antaranya adalah :
- Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang paling umum dimiliki oleh sebagian besar pasien PJK usia muda.
- Riwayat Keluarga
Pasien PJK dengan usia muda diketahui cenderung lebih sering memiliki riwayat penyakit keluarga dengan PJK. Hubungan antara riwayat keluarga dan PJK pada kalangan usia muda dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, yang dapat muncul melalui kondisi tubuh yang menyebabkan peningkatan risiko kejadian PJK, seperti berat badan berlebih, kadar kolesterol dan glukosa yang tinggi dalam darah, serta gangguan pada dinding pembuluh darah arteri koroner.
- Kadar Lipid yang Abnormal
Kelainan kadar lipid (lemak dalam darah) yang sering terjadi pada pasien PJK dengan usia muda adalah kadar kolesterol yang tinggi, atau disebut dengan hiperkolesterolemia. Kondisi lainnya yang dapat muncul adalah kadar trigliserida yang tinggi atau hipertrigliseridemia, yang secara tidak langsung, dapat menjadi faktor risiko terbentuknya sumbatan dan gangguan struktur pada dinding pembuluh darah.
- Diabetes & Hipertensi
Kedua faktor risiko ini jarang terjadi pada kalangan muda, namun sering kali gangguan terkait tekanan darah dan metabolisme glukosa dalam tubuh sudah mulai muncul dan tidak disadari.
- Obesitas
Gangguan berat badan berlebih, terutama hingga mencapai kriteria obestias, merupakan faktor risiko yang cukup kuat untuk terjadinya PJK pada kalangan usia muda. Hal ini dikarenakan berat badan berlebih memiliki peran dominan dalam proses pembentukan sumbatan dan gangguan pada dinding pembuluh darah koroner, yang dapat berkembang menjadi penyakit jantung koroner.
Faktor-faktor risiko di atas terbagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Pada umumnya faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, serta riwayat penyakit keluarga. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang dapat dihindari melalui perubahan gaya hidup, seperti merokok, obesitas, gangguan kadar lipid, diabetes, dan hipertensi.
Tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien PJK dengan usia muda pun cenderung berbeda dibandingkan dengan yang dialami oleh pasien dengan usia lebih tua. Sering kali pada pasien usia lebih tua timbul keluhan nyeri dada yang menetap, sebelum kemudian dapat berkembang menjadi serangan jantung. Namun, pada pasien dengan usia lebih muda, gejala nyeri dada yang menetap sering kali tidak dialami dan cenderung mengalami serangan jantung secara tiba-tiba tanpa gejala yang dirasakan sebelumnya.
Secara umum, cara pengobatan pasien dengan PJK pada usia muda memiliki kesamaan dengan pasien yang memiliki usia lebih tua. Pada tatalaksana serangan jantung (Infark Miokard Akut), akan dilakukan proses pemberian obat-obatan maupun tindakan untuk membuka sumbatan yang sama antara pasien usia muda dan usia yang lebih tua.
Pada kondisi PJK dengan gejala yang menetap dalam waktu lama pada pasien usia muda, maka perlu dilakukan tindakan intervensi untuk memastikan aliran pembuluh darah koroner kembali baik (revaskularisasi). Adapun risiko tindakan intervensi yang dilakukan tentunya akan lebih rendah pada pasien dengan usia muda, dibandingkan pada pasien dengan usia yang lebih tua.
Tentunya hal yang paling penting untuk dilakukan adalah melakukan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan faktor risiko secara intensif, seperti : berhenti merokok, memulai kebiasaan olah raga, menurunkan kadar lipid, menghindari stres berlebih, dan pada pasien yang memerlukan, dilakukan pengobatan intensif terhadap diabetes dan hipertensi sesuai anjuran dokter spesialis yang ahli di bidangnya.
Artikel ditulis oleh dr. Chorniansyah Indriyanto Rahayu, Sp.JP(K) FIHA (Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS EMC Sentul).