Hidung tersumbat yang sudah berlangsung lama menjadi salah satu alasan orang mengunjungi dokter spesialis THT. Banyak orang mengira, hidung tersumbat dalam waktu yang cukup lama merupakan gejala sinusitis padahal bisa saja orang tersebut menderita pembengkakan Konka.
Konka (inferior turbinate) adalah struktur lekukan pada bagian lateral atau sisi hidung bagian dalam dan dilapisi oleh mukosa. Konka memiliki fungsi untuk melindungi hidung dengan mengatur temperatur dan kelembapan udara yang masuk saat bernapas serta menyaring benda-benda asing yang terhirup bersama udara masuk tersebut. Pembesaran konka (hipertrofi konka) bisa terjadi dan menyebabkan aliran udara melalui hidung terhambat sehingga menyebabkan berbagai gejala, seperti hidung tersumbat, napas tidak plong, dan nyeri dahi.
Penyebab Hipertrofi Konka
Hipertrofi Konka bisa disebabkan oleh deviasi septum kontralateral sebagai kompensasi untuk melindungi mukosa hidung dari pengeringan akibat aliran udara berlebih (hipertrofi konka unilateral) serta bisa juga disebabkan rinitis alergi dan rinitis non alergi. Faktor lingkungan (debu dan tembakau) dan kehamilan juga bisa menyebabkan pembengkakan pada konka.
Selain merasakan napas yang tersumbat, beberapa pasien hipertrofi konka mengeluhkan kondisi berikut ini:
- Nyeri pada bagian pangkal hidung atau wajah bagian tengah
- Nyeri kepala menyerupai migrain
- Rasa penekanan pada dahi
- Pilek berkepanjangan
- Gejala-gejala alergi hidung seperti sering bersin, hidung terasa gatal, mata berair dan gatal
- Terasa ada ingus yang sulit dikeluarkan
- Mudah timbul pendarahan hidung (mimisan) akibat membuang ingus terlalu kuat
- Tidur mendengkur atau dengan mulut terbuka.
Diagnosis Hipertrofi Konka
Sebelum menentukan jenis pengobatan yang akan diterima, dokter spesialis akan melakukan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti radiologi, rhinomanometry dan peak nasal inspiratory flow (PNIF). Anamnesis akan dilakukan dengan cermat, terutama untuk mengetahui adakah riwayat sumbatan hidung yang disebabkan oleh hipertrofi konka atau keluhan lainnya. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan rinoskopi anterior dan posterior, sedangkan untuk pemeriksaan penunjang bisa dilakukan untuk menentukan besarnya aliran udara dan tahanan udara dalam rongga hidung.
Pengobatan Hipertrofi Konka
Pengobatan pada pasien Hipertrofi Konka dapat dilakukan dengan dua cara, pengobatan medikamentosa atau tindakan operatif. Medikamentosa dilakukan untuk mengatasi faktor etiologi dan sumbatan hidung dengan cara memperkecil ukuran konka dengan pemberian dekongestan topikal. Terapi medikamentosa bisa melibatkan pemberian antihistamin, dekongestan, kortikostreoid, sel mast stabilizer, dan imunoterapi.
Pada kasus hipertrofi konka kronik di mana jaringan ikat telah terbentuk akibat dari inflamasi kronik yang tidak lagi merespons dengan medikamentosa setelah dua bulan pengobatan, maka prosedur operatif bisa dilakukan. Tindakan operatif bisa dilakukan dengan reduksi konka menggunakan teknologi radiofrekuensi. Teknologi terbaru yang kini hadir di RS EMC Sentul ini mampu mereduksi ukuran konka dengan teknik bedah minimal invasif, yaitu teknik Radiofrekuensi (RF). Teknik ini menggunakan peralatan modern, Sutter-Curis dari Jerman. Tindakan dilakukan dengan teknik operasi minimal invasif tanpa diperlukan adanya sayatan, sehingga risiko pasca operasi akan lebih minimal dibandingkan dengan teknik konvensional.
Jika Anda mengalami masalah hidung tersumbat berkepanjangan atau mengalami gejala-gejala seperti di atas, segera konsultasikan masalah Anda ke dokter spesialis THT. Anda bisa melakukan konsultasi dengan dr. Edo Wira Candra, M.Kes, Sp.THT-KL dari RS EMC Sentul pada hari Selasa & Sabtu pukul 08:00 – 10:00 WIB serta Rabu & Jumat pukul 08:00 – 15:00 WIB.
Mari jaga selalu kesehatan Anda dan keluarga dengan menjaga pola hidup sehat setiap hari. #LiveExcellently
Baca juga: Wajah Terasa Nyeri Seperti Tertekan? Waspada Penyakit Rhinosinusitis