Asma yang Tidak Ditangani Bikin Kualitas Hidup Menurun

Dokter spesialis paru dan pernapasan RS EMC Alam Sutera, Hezza Bigitha, mangatakan asma tak boleh dibiarkan begitu saja. Pasalnya, asma yang tak terkontrol bisa mengganggu kualitas hidup pasien.

Kalau asma tidak ditangani dengan baik, tentu saja kualitas hidup akan menurun. Misalnya, anak harus sekolah tapi malamnya malah serangan. Besok harus ujian, malah terkena serangan.

Asma tidak bisa disembuhkan meski begitu bisa dikontrol dengan penanganan yang tepat, maka itu penanganannya harus komprehensif. Asma yang tidak ditangani dapat memicu penyempitan saluran napas.

Penyakit Asma artinya ada suatu proses peradangan kronis di saluran napas. Pada proses peradangan itu yang terjadi adalah adanya penebalan dari dinding saluran napas kemudian produksi sekret berlebih dan menyebabkan penyempitan di saluran napas.

Ketiga hal ini menyebabkan proses pertukaran darah di saluran napas terganggu, hingga timbul gejala sesak napas.

Sebenarnya gejala asma hampir sama mulai dari timbulnya mengi, sesak napas, batuk-batuk, dan gangguan aktivitas. Perbedaannya, pada asma yang berat gejalanya akan timbul lebih sering.

Seperti serangan sesaknya timbul lebih dari dua kali dalam seminggu kemudian sering terbangun malam karena sesak napas, harus menggunakan obat pelega lebih dari dua kali dalam seminggu, hingga aktivitas yang sangat terganggu.

Gejala-gejala yang disebutkan adalah tanda bahwa asma tidak terkontrol. Asma disebut berat ketika meski sudah menggunakan obat-obatan dengan dosis tinggi tapi tak membuahkan hasil yang baik.

Baca Juga: Hindari Kesalahpahaman Tentang Penyakit Asma Berikut Ini!

Terapi asma terbagi menjadi dua, ada terapi obat yang disebut obat pelega. Ada pula terapi obat pengendali. Jadi dua itu kita berikan tergantung beratnya asma. Kalau anak mulai batuk-batuk maka langsung digunakan. Apakah itu bentuknya inhaler atau nebulisasi, tergantung anaknya bisa menggunakan yang mana.

Asma ada yang bisa reda sendiri dan ada pula yang perlu diredakan oleh obat. Hanya saja kita tidak bisa memprediksi mana serangan yang akan hilang sendiri, mana serangan yang bisa hilang dengan obat. Jika anak kambuh dan kebetulan tidak ada obat, mau tak mau harus dibawa ke IGD takutnya serangannya semakin berat.

Inti dari pengobatan asma adalah faktor pencetus. Jadi, pasien biasanya tahu apa saja yang dapat membuatnya sesak. Misalnya kalau terkena debu, kedinginan, stres, dan olahraga berat. Inti dari pengobatan asma adalah menghindari faktor pencetus tersebut.

Sementara, obat asma biasanya tergantung derajat keparahan. Setiap dokter akan melihat derajat asma sehingga akan mengetahui apa pasien memerlukan pelega saja atau perlu obat-obat pengendali yang rutin dipakai.

Kalau memang pasien dinilai sudah perlu pakai obat pengendali atau obat pengontrol memang pasien harus patuh memakai obat-obatannya untuk mencapai kontrol asma yang baik.

Artikel ditulis oleh dr. Hezza Bigitha, Sp.P (Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan RS EMC Alam Sutera).