Mengenal Skizofrenia Lebih Dekat, Gangguan Mental yang Wajib Diwaspadai!

Pernahkah Anda mendengar istilah Skizofrenia? Atau seseorang di sekitar Anda tengah mengalami kondisi ini? Perlu diketahui bahwa Skizofrenia adalah salah satu gangguan mental serius yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Gangguan ini seringkali disertai dengan gejala psikosis, di mana penderitanya mengalami kesulitan membedakan antara kenyataan dan pikiran atau pengalaman mereka sendiri. Mengenal Skizofrenia lebih dekat dapat menjadi sebuah langkah penting untuk memahami dan memberikan dukungan yang tepat bagi mereka yang mengalaminya.

Mari Mengenal Apa Itu Skizofrenia

Skizofrenia dapat disebut sebagai gangguan mental kronis yang biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal dewasa. Meskipun hal ini jarang terjadi, gangguan ini nyatanya dapat memengaruhi sekitar 1% populasi di seluruh dunia. Agar tidak salah kaprah, perlu diketahui bahwa Skizofrenia bukanlah kepribadian ganda atau gangguan identitas disosiatif, seperti yang seringkali disalah pahami oleh masyarakat umum.

Bagaimana Gejalanya?

Gejala skizofrenia umumnya dapat diketahui sebagai berikut:

  1. Gejala Positif: Yang disebut sebagai gejala positif adalah gejala yang menambah perilaku atau pikiran yang tidak normal, termasuk juga halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu yang tidak ada), delusi (keyakinan yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan), dan gangguan berpikir (pikiran yang kacau dan tidak terorganisir).

  2. Gejala Negatif: Ada pun gejala ini mencerminkan pengurangan atau hilangnya kemampuan normal. Contohnya termasuk kurangnya ekspresi emosi, ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan dalam aktivitas sehari-hari (anhedonia), dan kesulitan memulai dan menjaga aktivitas produktif.

  3. Gejala Kognitif: Gejala kognitif berkaitan dengan masalah dalam pemrosesan informasi dan memori. Pasien yang mengidap Skizofrenia dapat mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian, mengingat beberapa informasi, serta dalam hal pembuatan keputusan.

Baca Juga: 5 Pengaruh Kekerasan pada Anak terhadap Kesehatan Mental

Lantas, Apa Penyebab Skizofrenia?

Penyebab Skizofrenia belum sepenuhnya dipahami, tetapi terdapat beberapa hal yang menjadi penyebabnya seperti kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial. genetik, lingkungan, dan perubahan dalam kimia otak berperan dalam perkembangan gangguan ini.

1. Faktor Biologis

Riwayat keluarga dengan skizofrenia meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan gangguan ini. Sebuah studi pada penderita kembar dan anggota keluarga mengindikasikan bahwa faktor genetik bisa menjelaskan 80% sebab skziofrenia. Namun, tidak ada gen tunggal yang menyebabkan skizofrenia; melainkan, beberapa gen mungkin berkontribusi terhadap risiko. Selain itu, studi pada pasien skizofrenia menunjukkan adanya ketidakseimbangan neurotransmiter seperti dopamin dan glutamat pada otak. Abnormalitas dalam struktur otak juga telah diamati pada beberapa individu dengan skizofrenia.

Hany M, Rehman B, Rizvi A, et al. Schizophrenia. [Updated 2024 Feb 23]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-.

2. Faktor Sosial

Beberapa faktor lingkungan seperti paparan virus, malnutrisi sebelum kelahiran, stres berat selama masa kanak-kanak, dan penggunaan obat-obatan terlarang selama masa remaja atau dewasa muda dapat memicu munculnya skizofrenia. Faktor sosial yang dapat memicu munculnya gejala skizofrenia antara lain: stress pada pekerjaan / pengangguran, sosioekonomi yang rendah, isolasi sosial/ kurangnya dukungan sosial, tidak punya tempat tinggal, dan diskriminasi / stigma sosial.

González-Rodríguez, Alexandre et al. “Schizophrenia: A Review of Social Risk Factors That Affect Women.” Behavioral sciences (Basel, Switzerland) vol. 13,7 581. 12 Jul. 2023, doi:10.3390/bs13070581

3. Faktor Psikologis

Beberapa jenis kepribadian seperti neurotik, ambang, antisosial, dan obsesif-kompulsif dikaitkan dengan risiko skizofrenia yang lebih tinggi. Adanya komorbiditas dengan gangguan mental lain seperti depresi dan kecemasan juga dapat mencetuskan episode skizofrenia yang lebih berat. Orang yang mengalami kesepian, rasa bersalah yang mendalam, dan stress/trauma juga dapat menjadi pemicu atau memperburuk gejala skizofrenia.

Franquillo, Anna Chiara et al. “The Role of Personality in Schizophrenia and Psychosis: A Systematic Review.” Clinical neuropsychiatry vol. 18,1 (2021): 28-40. doi:10.36131/cnfioritieditore20210103

Diagnosis dan Pengobatan

Mendiagnosis Skizofrenia melibatkan evaluasi menyeluruh oleh profesional kesehatan mental, termasuk wawancara klinis, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium untuk menyingkirkan kondisi medis lain yang mungkin menyebabkan gejala serupa. Pengobatan skizofrenia biasanya melibatkan pendekatan kombinasi, termasuk:

1. Medikasi

Antipsikotik dapat disebut sebagai jenis obat yang paling umum digunakan untuk menangani gangguan mental Skizofrenia. Obat ini membantu mengelola gejala positif seperti halusinasi dan delusi.

2. Terapi Psikologis

Terapi kognitif-perilaku (CBT) dan terapi keluarga dapat membantu individu dengan Skizofrenia dan keluarga mereka untuk memahami dan mengelola gangguan ini lebih baik.

3. Dukungan Sosial dan Rehabilitasi yang Tepat

Program dukungan sosial dan rehabilitasi membantu individu dengan Skizofrenia untuk mengembangkan keterampilan sosial, memperoleh pekerjaan, dan hidup mandiri.

Stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan Skizofrenia masih menjadi masalah besar. Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang Skizofrenia agar dapat memberikan dukungan yang lebih baik kepada mereka yang mengalaminya. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas dapat memainkan peran besar dalam pemulihan dan kesejahteraan individu dengan Skizofrenia.

Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang. Dengan memahami gejala, penyebab, dan pilihan pengobatan yang ada, kita dapat lebih siap untuk memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi mereka yang hidup dengan Skizofrenia. Dukungan dan pemahaman yang tepat dapat membantu pasien Skizofrenia menjalani hidup yang lebih produktif.

Artikel ditulis oleh dr. Eva Suryani,Sp.KJ (Spesialis Kedokteran Jiwa RS EMC Alam Sutera).